Beranda » i Customer Primises Equipment (CPE) » Latar Belakang Perkembangan Teknologi Customer Primises Equipment (CPE)

Latar Belakang Perkembangan Teknologi Customer Primises Equipment (CPE)

CPE (Customer Premises Equipment) adalah seluruh perangkat (terminal berikut infrastruktur jaringan pendukungnya) yang berada di tempat/lokasi pelanggan, yang digunakan dan dimiliki/dikuasai secara individu/privat serta menjadi tanggungjawab individu yang bersangkutan. Perkembangan perangkat CPE selain didrive oleh kebutuhan pasar juga sangat dipengaruhi perkembangan infrastruktur pendukungnya, yaitu teknologi jaringan transportasi (carrier grade) dan access network/gateway. Ketika ISDN belum dikenal, perangkat CPE hanya berupa pesawat telegrap (morse, telex, fax), setelah ISDN diimplementasikan, perangkat CPE dapat menggunakan PC, videophone, video conference, telemetri dll. Ketika teknologi gateway antara jaringan telekomunikasi dengan jaringan data dimungkinkan, muncul perangkat modem analog untuk akses internet dengan mode dial-up melalui Internet Service Provider (ISP). Ketika teknologi xDSL (khususnya ADSL) diimplementasikan muncul perangkat-perangkat CPE untuk akses internet non dialup.

Ketika teknologi memungkinkan informasi real time dapat dilewatkan jaringan paket dengan kualitas yang masih dalam batas-batas acceptable, muncul perangkat terminal H323. Ketika teknologi HFC diperkenalkan, muncul perangkatperangkat CPE Cable Modem, Set Top Box, perangkat Video on Demand (VoD) dll.. Demikian setrusnya dimana saat ini sedang berada pada masa transisi menuju NGN, bermunculan perangkat-perangkat CPE seperti IP Phone, terminal SIP, Soft Phone dll.

CPE Dalam Jaringan
Perangkat dalam jaringan mulai dari user terminal hingga jaringan backbone (core network) dapat dibagi ke dalam 4 bagian/segmen :
1. Perangkat CPE
2. Access Network
3. Access Gateway
4. Carrier Grade / Core Network.

image

Jenis Perangkat CPE

Berdasarkan infrastruktur/teknologi pendukungnya perangkat CPE dapat dikelompok-kan menjadi :
– Terminal POTS (PSTN)
– Modem Analog
– PBX (DID dan non DID)
– IP PBX
– NT-ISDN
– Leased Line
– CPE xDSL
– CPE Cable Modem
– CPE HFC
– Terminal WLL
– PCMCIA
– Router/Switch

Terminal PSTN (POTS)

PSTN (Public Switch Telephone Network) merupakan jaringan telekomunikasi berbasis circuit switched dengan mayoritas terminal berupa pesawat telepon analog dan pesawat facsimilie. Adapun CPE pendukung layanan PSTN berupa
• Pesawat telepon analog :
– dengan kode sinyal digit decadic pulse
– dengan kode sinyal digit DTMF (Dual Tone Multi Frequency)
• Pesawat Facsimilie
• Pesawat telepon dengan kemampuan SMS atau disebut SMTE (Short
Message Terminal Equipment)
• Modem PSTN (untuk akses internet secara Idial up)

Pesawat telepon analog hingga sat ini masih merupakan perangkat terminal PSTN paling dominan. Posisi pesawat telepon analog dalam jaringan diperlihatkan pada Gambar

image

Rangkaian Dasar Pesawat Telepon Analog

image

Jika hand set diangkat terjadi loop tertutup (closed circuit) pada saluran a-b sehingga saluran luar memberikan nilai tahanan sebesar (Ra+Rb+Rpes) terhadap sentral. (Ra+Rb+Rpes) sering disebut sebagai Rloop.
• Batas maksimal Rloop = 2 KΩ. Jika Rpes =200 Ω, berarti Rsal maks 1800 Ω (pelanggan terjauh).
• Sentral mendeteksi kondisi on-hook / off-hook melalui test point X dimana Vx = Vx = [(R2 + Rloop) / (R2 + Rloop + R1)] x (-48) Volt.
• Jadi saat hand set diangkat, sentral akan mendeteksi dengan baik jika Rloop ≤ 2 KΩ, atau Vx ≥ [(1KΩ + 2KΩ) / (1KΩ + 2KΩ + 1K Ω )] x (- 48) Volt ! Vx ≥ (-36 Volt).
• Jika Rloop > 2 KΩ atau Vx < (- 36 Volt), dianggap kondisi on hook.
• Kondisi off-hook dengan nilai Rsal terendah = 0 Ω terjadi jika pesawat telepon disambung langsung ke MDF. Dalam kondisi ini Rloop = Rpes = 200 Ω. Jika di MDF a-b terhubung singkat, Rloop = 0 Ω maka nilai Vx mencapai maksimum yaitu = ½ x (- 48 Volt) = -24 Volt.

Deteksi sinyal digit

Pengkodean sinyal digit angka-angka nomor telepon tujuan atau adress signal dari user terminal ke sentral, terdapat dua macam pengkodean sinyal digit :
• Pengkodean dengan pulsa dekadik (Decadic Pulse)
• Pengkodean dengan DTMF (Dual Tone Multi Frequency)

Pengkodean dengan pulsa dekadik

Saat pengiriman sinyal digit dari pesawat telepon, kontak mekanik nsi pada pesawat telepon akan membuka dan menutup menyebabkan kondisi saluran terjadi open dan close loop dengan durasi 60 ms open, 40 ms close.

image

image

Pengkodean dengan DTMF
Merupakan pengkodean dengan menggunakan kombinasi dua frekuensi audio (DTMF) dengan daftar frekuensi seperti pada key pada Gambar

image

Pesawat Facsimile (Fax)

Pesawat Facsimile merupakan perangkat terminal komunikasi yang digunakan untuk pengiriman/penerimaan data gambar (image) melalui jaringan telekomunikasi (PSTN/ISDN) berdasarkan proses scanning di sisi pengirim dan
hot printing di sisi penerima. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fax merupakan “foto copy jarak jauh”. Untuk jaringan PSTN, pesawat facsimile yang digunakan adalah fax standard yang dikenal dengan sebagai Group 3 Facsimile (G3 Fax). Pesawat facsimile biasanya dirancang dalam bentuk telah terintegrasi dengan fungsi pesawat telepon yang dalam penggunaannya hanya satu fungsi (fungsi telepon atau fax) pada saat yang sama. Konfigurasinya dalam jaringan dan prinsip kerja transfer informasi hampir sama dengan telepon analog, yakni dilakukan proses pembangunan hubungan melalui jaringan terlebih dahulu dilanjutkan proses transfer informasi. Perbedaannya dalam hal transfer informasi. Dalam telepon, yang berkomunikasi adalah manusia dan bentuk informasinya berupa suara (voice), sedangkan dalam fax yang berkomunikasi adalah mesin dan yang ditransfer berupa informasi/data gambar. Konfigurasi jaringan dan prinsip kerjanya seperti terlihat dalam Gambar
berikut :

image

Sisi kirim :
• CCD SCANNER : sejenis camera recorder yang memiliki 1728 photosensor, digunakan untuk membaca (scanning) dokumen yang mau dikirim
• A/D CONVERTER : pengubah sinyal analog hasil scanning ke digital untuk proses kompresi
• MH/MR/MMR COMPRESSION : Modified Huffman/Modified Read/ Modified Modified Huffman : merupakan subsistem yang melakukan fungsi kompresi terhadap data/sinyal informasi untuk tujuan efisiensi bandwidth dalam pentransmisian melalui saluran pelanggan analog.
• TRANSMIT MODEM : mengkonversi sinyal digital hasil kompresi ke analog agar dapat disalurkan melaluisaluran pelanggan analog.
• RECEIVE MODEM : melakukan fungsi kebalikan dari RECEIVE MODEM agar dapat diproses lebih lanjut untuk printing..
• MH/MR/MMR EXPANSION : mengembalikan data terkompres menjadi data asli (=dekompresi)
• THERMAL PRINTER : melakukan fungsi pencetakan dokumen

1) Dokumen (text/gambar) yang akan dikirim, di-scan/dibaca oleh CCD Scanner yang dengan 1728 photosensor nya satu baris discan sekaligus yang berarti sekali scan 1728 titik/spot atau pixel terbaca.
2) Pembacaan dilakukan baris demi baris dengan spasi antar baris 0,1 inci
(0,254 mm).
3) Intensitas terang/gelapnya gambar (brightness) tiap pixel dinyatakan oleh satu pulsa dengan level (amplituda) tertentu dengan bobot nilai dari 0 sampai 127 di mana nilai 0 merupakan gambar paling terang (putih) dan 127 paling gelap (hitam). Jadi hasil scan berupa sinyal PAM
4) level tiap pixel kemudian diubah ke dalam format digital (biner) oleh A/D
CONVERTER.
5) Hasil digitalisasi ini selanjutnya dikompres pada MH/MR/MMR COMPRESSION dengan menggunakan Kode Huffman (Rekomendasi CCITT T-4) untuk tujuan penghematan bandwidth. Penghematan bandwidth ini sekitar 1/5 hingga 1/20 kali dari kebutuhan bandwidth sebenarnya (tanpa kompresi).
6) Hasil kompresi sebelum ditransmit diubah dulu ke sinyal analog oleh
MODEM dengan frekuensi rendah (di bawah 4 KHz) karena dua alasan :
– pertama karena keterbatasan kapasitas bandwidth saluran pelanggan analog yang dirancang untuk sinyal susra (300 – 3400
Hz).
– Kedua karena di sentral pada masukan sirkit saluran pelanggan terdapat filter LPF 4 KHz untuk anti aliasing.
b. Sisi terima
1) Sinyal masuk pada pesawat fax berupa sinyal analog terkompresi, maka langkah pertama dalam proses rekonstruksi adalah gambar adalah dilakukan demodulasi dari sinyal analog ke digital oleh RECEIVE MODEM.
2) Selanjutnya sinyal digital yang masih terkompresi ini oleh perangkat
MH/MR/MMR EXPANSION dilakukan proses ekspansi (dekompresi) untuk mengembalikan sinyal yang diterima menjadi bentuk sinyal PAM seperti pada pengirim.
3) Tinggi rendahnya level amplituda sinyal tiap pixel ini akan menentukan tingkat panas yang dihasilkan pada kawat-kawat kecil dalam THERMAL
PRINTER. Kawat-kawat pemanas tsb memiliki spasi 203/inci untuk memanaskan kertas printer. Jika nilai level/amplituda suatu pixel maksimum maka panas kawat juga maksimum yang akan menghasilkan titik hitam pada kertas printer. Jika kawat baru saja dialiri arus maksimal atau panas maksimal, maka untuk normal kembali (ke keadaan level minimal atau 0) maka hanya diperlukan waktu bebera mili detik.

PABX

PABX (Private Automatic Branch Exchange) merupakan sentral milik perorangan atau lembaga yang penggunaannya hanya untuk melayani lingkungan perorangan atau lembaga yang bersangkutan, tidak untuk melayani publik.

Pesawat telepon atau terminal yang tersambung ke sentral PABX disebut extension. Sentral PABX terhubung ke sentral publik (PSTN) untuk memungkinkan komunikasi dengan pelanggan di luar lingkungan lembaga yang bersangkutan. Istilah aslinya PBX, disisipkan kata automatic berdasarkan
perkembangannya tatkala evolusi dari PBX sistem manual (hubungan antar extension melalui operator) ke sistem otomat, sehingga dikenal istilah PMBX dan PABX. Hingga kini terdapat dua istilah : PBX dan PABX walaupun istilah automatic sudah tidak relevan lagi dengan masa kini karena teknologi switching
sekarang boleh dikatakan sudh tidak ada lagi sentral manual. Selengkapnya
dari segi evolusi teknologi switching, jenis sentral PBX dapat digolongkan :
♦ PBX Manual
♦ PBX otomat
$ Elektromekanik
$ SPC Analog
$ SPC Digital
♦ ISDN PBX(IS-PBX)
♦ IP PBX
♦ Centrex
♦ IP Centrex
Sedangkan dari segi jalur penghubung antara sentral PBX dengan sentral publik, terdapat 4 jenis penghubung :
♦ Hunting group
♦ DID (Direct Inward Dialing)
♦ BRA (Basic Rate Access)
♦ PRA (Primary Rate Access)
Terdapat jenis PBX ukuran kecil yang disebut small PBX (kapasitas sampai 75 extension) dan Key system dengan kapasitas 10 atau 20 extension. Keduanya
terhubung ke sentral publik melalui saluran pelanggan (subscriber line). Sedangkan PBX biasa (large PBX) kapasitas dari 100 hingga 20.000 extension. Yang dibahas di sini adalah PBX SPC digital hunting group, PBX DID dan IP PBX. Arsitektur PBX digital secara umum diperlihatkan dalam Gambar berikut :

image

Hunting Group
Dalam konfigurasi ini sentral PABX dihubungkan ke sentral publik (sentral lokal PSTN) melalui sejumlah saluran pelanggan dengan fitur hunting (hunting group). Misalakan suatu PBX dihubungkan dengan 10 saluran pelanggan (analog) seperti pada Gambar 34 berikut.

image

Prinsip kerja (proses komunikasi)
♦ Panggilan internal (antar extension) Basic Knowledge – PL1 Customer Premises Equipment
Untuk panggilan antar extension, calling extension langsung menekan nomor called extension misal : 2345, maka sentral PABX akan melakukan call setup internal dengan menghubungkan port Line Card calling extension dengan port Line Card called extensioon melalui Digital Switch.
♦ Panggilan masuk PABX (incoming call)
$ Untuk menghubungi salah satu extension dari luar PBX, pelanggan luar harus mendial call number.
$ Saat sentral lokal menerima digit tersebut, sentral akan mengetes diantara 10 nomor hunting tersebut, apakah ada yang masih bebas.
$ Sepanjang masih ada yang bebas minimal satu saluran hunting, maka penyambungan dapat dilaksanakan, jika semua sibuk, maka sentral lokal
akan mengirim nada sibuk ke pemanggil.
$ Apabila didapati lebih dari satu saluran hunting bebas, maka pemilihan dapat dilakukan secara berdasarkan sekuensial homing atau non homing atau secara acak bergantung setting hunting group di sentral lokal.
$ Selanjutnya setelah dipilih salah satu saluran, maka sentral akan mengirim sinyal panggil (arus bell) ke PBX dan nada panggil ke pemanggil.
$ Di sentral PBX panggilan akan dideteksi Control Unit melalui Trunk Analog dari saluran hunting. Kemudian sentral PBX akan melakukan proses penyambungan ke operator.
$ Ketika operator menjawab, maka pemanggil menyampaikan nomor extension tujuan yang kemudian oleh operator akan disambungkan dengan mendial nomor extension melalui Operator Console (Switch Bord).
$ Jika extension yang dipanggil menjawab, maka operator menyampaikan tentanga adanya panggilan untuk extension ybs. Setelah itu tugas operator selesai dan dapat melayani yang lain.
Catatan : Masa sekarang, layanan panggilan masuk melalui operator banyak digantikan oleh mesin penjawab otomatis (automatic attendan) atau IVR (Interactive Voice Response) yang merupakan teknologi berbasis CTI (Computer Telephon Integration). Operator hanya untuk backup saja untuk melayani yang memerlukan iformasi misalnya tidak mengetahui nomor extension dll. Namun demikian walaupun sudah tidak melalui operator tetap saja mode panggilan masuk seperti ini tidak tergolong DID, karena esensi DID terletak pada : pertama langsungnya panggilan (tanpa melalui bantuan
manusia atau mesin penjawab) kedua, bahwa dalam DID nomor extension merupakan bagian dari sistem penomoran lokal setempat (tentang hal ini akan dibahas dalam panggilan DID)
♦ Panggilan keluar PABX (outgoing call)
$ Untuk panggilan keluar diawali dengan kode akses (biasanya angka 0).
$ Maka sentral PABX akan merutingkan panggilan ke sentral lokal dengan memilih saluran salah satu saluran hunting group group yang bebas kemudian menyambungkannya dengan extension dengan melakukan proses switching pada Digital Switch, sehingga sekarang terhubunglah antara extension dengan sentral lokal.

Karena ketika terhubung, extension dalam kondisi off-hook, maka oleh sentral lokal dideteksi sebagai sinyal seizure (pendudukan) dari pelanggannya (saluran hunting), maka sentral lokal pun akan merespon dengan memberikan nada pilih.
$ Selanjutnya extension mendial digit nomor tujuan, kemungkinan panggilan lokal, sljj, internasional atau panggilan ke pelanggan seluler bergantung otoritas extension atau setting category extension pada data base di sentral PBX dan setting nomor hunting di sentral lokal.

Direct Inward Dialing (DID)

Dalam mode panggilan DID, jalur penghubung antara PBX dengan sentral lokal menggunakan Trunk 2 Mbps (berbasis PCM 30) dimana dalam proses panggilan masuk terjadi signaling antara PBX dengan sentral lokal yang menggunakan sinyal DTMF dalam register signaling. Dalam mode DID, nomor extension (2 sampai 5 digit) merupakan bagian dari sistem penomoran lokal setempat. Sebagai contoh diperlihatkan pada Gambar 35 berikut :

image

Prinsip kerja (proses komunikasi)

♦ Panggilan internal (antar extension) dan
♦ Panggilan ke luar PBX (outgoing call)
Sama dengan PBX hunting group (non DID)
♦ Panggilan masuk PABX (incoming call)
Dari luar PBX, untuk menghubungi extension, pelanggan luar harus mendial digit Nomor PBX Group diikuti nomor extension. Struktur ini sama dengan struktur penomoran lokal setempat. Pada Gambar Ketika sentral lokal menerima digit yang diawali dengan angka PBX Group, maka sentral akan merutingkan ke PBX tsb dan melakukan proses signaling dengan sentral PBX.

image

image

Saat register signaling, angka digit yang dikirim/diteruskan ke PBX hanya nomor extension dengan menggunakan pengkodean DTMF. Digit yang diterima PBX inilah yang digunakan oleh sentral PBX untuk melakukan proses penyambungan ke extension yang dituju.

Secara teknis sebenarnya panggilan keluar maupun masuk PBX dapat  dilakukan melalui trunk dengan mengalokasikan kanal trunk misalnya 10 kanal outgoing dan 20 kanal incoming. Namun karena panggilan PBX melalui trunk di sentral lokal tidak dapat dilakukan pencatatan data biling, maka panggilan keluar dilakukan melalui saluran pelanggan. Untuk panggilan keluar saluran pelanggan tidak perlu dibuat hunting, kecuali jika dikrhendaki agar tetap dimungkinkannya dengan pelayanan operator untuk layanan informasi dll.

Struktur perangkat hardware dan kelengkapan PBX Perangkat hardware sentral PBX secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian :
1) Unit Peripheral
2) Unit Switching
3) Unit Signaling
4) Unit Kontrol
5) Unit input/output
Sedangkat kelengkapannya terdiri dari :
1) Perangkat OMT + external memory
2) Operator console (switch board)
3) Terminal Billing
4) Perangkat automatied attendant.

image

Unit Peripheral : merupakan perangkat interface antara sentral dengan jaringan luar.
Terdiri dari :
Card ELU (Extension Line Unit) : sebagai interface dengan pelanggan analog/digital Berfungsi melakukan tugas-tugas yang sering disingkat sebagai BORSCHT :
– Memberikan catuan Batere untuk mikropon & receiver pesawat pelanggan
– Memberi proteksi kepada sirkit pelanggan dalam hal terjadi arus/tegangan berlebih (Overload)
– Membangkitkan tegangan untuk pengebelan (Ringing)
– Melakukan komunikasi langsung dengan pesawat telepon, misalnya pendeteksian on-hook/off-hook (Signaling)
– Melakukan konversi dari sinyal analog ke digital dan sebaliknya (Coding)

Sebagai penyesuai sistim 2 kawat di sisi saluran pelanggan dan sistim 4 kawat pada sentral digital, atau disebut sebagai Hybrid
– Dan terakhir menyediakan koneksi secara metalik melalui kontaktor relay dalam hal Test/pengukuran saluran pelanggan (extension).
Terdapat 2 jenis ELU : analog dan digital. ELU analog untuk pelanggan analog, sedangkan ELU digital untuk pelanggan digital dan operator console.
Card TLU (Trunk Line Unit) : sebagai interface dengan saluran/link ke sentral lokal. Terdapat dua jenis TLU :
– TLU analog : sebagai interface dengan saluran pelanggan (hunting group)
– TLU digital : sebagai interface dengan trunk digital untuk DID dengan menggunakan link digital 2 Mbps. Fungsi TLU : sebagai terminasi untuk penyesuaian sinyal elektrik dari lingkungan media transmisi ke sinyal lingkungan device perangkat hardware di sentral, misalnya dalam signaling termasuk pengawasan langsung kondisi link.

Unit Switching

merupakan perangkat untuk melakukan fungsi koneksi (penyambungan) yang memungkinkan dari setiap port masukan (inlet) dapat tersambung secara digital ke setiap port keluaran (outlet) sebagai prinsip dalam jaringan telekomunikai, bahwa setiap user dimanapun berada harus bisa saling berhubungan. Unit Switching terdiri dari Time Switch dan Space Switch yang dirancang bersifat non blocking. Dalam arti bahwa sepanjang maih ada outlet bebas maka dari inlet dapat tersambung ke outlet.
♦ Unit Signaling
Unit Signaling digunakan dalam dua kondisi, yaitu signaling dengan terminal pelanggan dan signaling dengan sentral lokal atau mungkin dengan sentral PBX lain.
Perangkat signaling dengan saluran pelanggan terdiri dar :
– Penerima sinyal dekadik dan DTMF
– Generator/pembangkit sinyal dan nada (sinyal panggil/bell, nadanada
: nada pilih, nada panggil, nada sibuk, nada sela, nada line lock
out /gangguan (tulalit) dll
Perangkat signaling dengan sentral lain baik untuk Line Signaling (E& M) maupun untuk Register Signaling (dekadik atau MFC). Semua sinyal tersimpan dalam format digital pada firmware (hardware berupa chip ROM yang berisi data) misal pola-pola bit sinyal MFC, E&M dsb.
♦ Unit Kontrol
Unit Kontrol merupakan pengendali terpusat yang mengontrol seluruh aktivitas sentral, meliputi tugas-tugas :
Call processing Basic Knowledge – PL1 Customer Premises Equipment

Safeguarding (mendeteksi error/fault, recovery dan mengubah status device dari kondisi normsl/sktif ke kondisi out of service) secara autonomus Operation & maintenance (mengeksekusi perintah-perintah dari operator/teknisi dan memberikan respon atas perintah tsb)
Fungsi Billing.
Unit kontrol terdiri dari :
– Unit Prosesor sebagai controller
– Unit Memory (berupa RAM)
– Unit Input/Otput (card untuk ke OMT dan Termilnal Billing)
Kelengkapan sentral PBX terdiri dari :
♦ Perangkat OMT (Operations & maintenance Terminal) Berupa unit PC sebagai alat komunikasi dengan sistem (Man-Machine
Communication) dalam melakukan :
– Pengadministrasian data base sentral (data base pelanggan, data base
perangkat hardware, data base routing, signaling, pentarifan dll)
– Melakukan pengetesan perangkat sentral baik test rutin (preventive maintenance) maupun perbaikan (diagnosis gangguan dll)
♦ Operator Console (Switch Board)
Merupakan perangkat terminal untuk pelayanan penyambungan secara manual dan juga dapat digunakan untuk sarana informasi dll.
♦ Terminal Billing
Merupakan terminal berupa PC yang dilengkapi software khusus untuk pencatatan aktifitas panggilan (billing) seperti data-data panggilan dari extension berapa, tanggal dan jam berapa melakukan panggilan, tujuannya ke mana (nomor telepon berapa), lamanya percakapan, jumlah pulsa dsb.
♦ Automatic Attendant
Adalah perangkat (device) yang digunakan untuk menerima panggilan serta serta melaksanakan permintaan sambungan secara interaktif dengan peminta sambungan melalui suara rekaman (voice) di satu sisi dalam arah ke peminta sambungan dan kode-kode DTMF di sisi lain dalam arah dari peminta sambungan ke perangkat automated attendant. Sehingga alat ini sering disebut sebagai perangkat Interactive Voice Response (IVR).
5.1.4. Fitur-fitur layanan dalam PBX
Seperti halnya dalam sentral publik, dalam PBX juga terdapat fitur-fitur extension dengan varian yang relatif lebih banyak/lengkap dibanding pada PSTN. Varian fitur suatu produk PBX belum tentu sama satu sama lain, tetapi secara umum fitur-fitur yang biasanya dimiliki PBX antara lain :

Adalah fitur yang memungkinkan extension melakukan panggilan kepada nomor tertentu yang telah diset sebelumnya (oleh extension sendiri) hanya dengan mengangkat handset tanpa mendial digit langsung tersambung secara otomatis. Terdapat dua macam fitur hotline, yaitu : :
– Hotline immediately
Yakni penyambungan segera sesaat setelah handset diangkat (tanpa delay) langsung kring.
– Hotline delayed
Adalah hotline dengan tenggang waktu/delay (sekitar 5 detik) setelah handset diangkat baru tersambung. Delay 5 detik dimaksudkan memberi kesempatan kepada extension untuk memilih/mendial ke nomor lain selain nomor hotline.

Adalah fitur untuk mengalihkan panggilan (forward) secara otomatis ke nomor lain yang telah diset sebelumnya. Terdapat 3 jenis call forwarding
– Call forwarding Immediately : yaitu pengalihan panggilan langsung.
– Call forwarding on busy : pengalihan panggilan jika sedang sibuk
– Call forwarding on absent : pengalihan panggilan jika tidak dijawab
lebih dari sekian kali nada panggil (bergantung seting di sentral PBX, biasanya sekitar 5 kali nada panggil)

Originating call barring

Merupakan fitur untuk pembatasan panggilan yakni extension dapat menset pesawanya hanya bisa terima saja tidak dapat memanggil Automatic call back Fitur ini diaktifkan oleh pemanggil jika yang dipanggil sibuk kemudian dengan menekan kode digit tertentu (biasanya angka 6) lalu handset ditutup dan ditunggu. Jika yang dipanggil sibuk tadi selesai bicara (meletakkan handset), maka bell kedua extension akan berdering dan ldapat melakukan percakapan.

Call waiting

Fitur yang memungkinkan extension yang sedang sibuk (bicara) dapat diinterupsi extension lain yang memanggil. Misalkan A memiliki fitur call waiting. A dan B sedang bicara dan A mendapat panggilan dari C. A akan mendapat nada interupsi sedangkan C nada panggil. Jika A menekan tombol Flash, maka A dan C dapat bicara, sementara A-B terputus. Jika A menekan Flash lagi, maka A-C terputus, A-B nyambung lagi, demikian seterusnya tombol Flash seperti toggle yang membuat berganti-gantinya pasangan bicara antara A-B dan A-C secara bergantian.

Abbreviated Dialing

Adalah penyingkatan digit yang didial. Misal untuk menghubungi suatu nomor extension/pelanggan cukup dengan mendial sandi (dua digit) digit ∗
2 (bintang, dua) dsb (bersambung)


Tinggalkan komentar