Beranda » 2009 (Laman 3)

Yearly Archives: 2009

FaskLINK systim modular untuk solusi hybrid access pelanggan POTS, ISDN, Servis Connectivity 2 Mbit/s dengan media Fiber Optic

FASTLINK

FastLink adalah sebuah sistem modular untuk solusi jaringan hybrid di area akses pelanggan yang menyediakan baik servis dasar untuk telepon (POTS, ISDN), servis data (nx64 kbit/s dan sub-rate) maupun servis penghubungan (connectivity) 2 Mbit/s.
Prosedur transmisi HDSL dapat dioperasikan untuk dapat lebih memanfaatkan jaringan kabel tembaga yang ada. Pada saat yang bersamaan, FastLink menawarkan semua manfaat dari sebuah jaringan serat optik broadband
mutakhir.

Sistem Fastlink terdiri dari komponen-komponen sistem sebagai berikut.:
• ONU (Optical Network Unit)
• OLT (Optical Line Termination)
• ODT (Optical Distant Terminal)
• NT (Network Termination)
Komponen-komponen sistem ONU yang dapat disetel sebagai sebuah FTTC (Fiber untuk Curb) variant di luar ruang (outdoor) atau sebagai sebuah FTTB (Fiber untuk gedung) variant di dalam ruang (indoor), untuk membentuk terminasi pada sisi-pelanggan. Untuk penawaran solusi yang murah (costeffective) dan untuk kepadatan pelanggan yang berbeda, tersedia ONU untuk hubungan dengan kapasitas 20 pelanggan sampai dengan lebih dari 1000 pelanggan.Sebagai tambahan dari ONU, NT (Network Termination) dapat dipakai pada sisi-pelanggan yang dipasang secara langsung pada gedung pelanggan. Servis leased line dan rate transmisi yang tinggi (=2 Mbit/s) dapat ditawarkan kepada pelanggan.

Leased line dengan rate transmisi yang tinggi khususnya penting bagi pelanggan bisnis. Terminasi sisi-sentral dari sistem FastLInk membentuk sebuah sistem komponen OLT (Optical Line Termination) yang dihubungkan ke sentral lokal (LE) atau ke jaringan data. Hubungan antara ONU dan OLT dibuat dengan kabel serat optik (2×2 Mbit/s, 34 Mbit/s, 155/622) atau kabel tembaga (2 Mbit/s HDSL).
Jika diperlukan, sebuah ODT (Optical Distant Terminal) dapat dihubungkan antara ONU dan OLT. ODT mengakomodasikan jarak jauh antara OLT dan ONU dan coupling di Ring SDH. ODT mengubah sinyal masukkan (input) dari 155/622 Mbit/s ke sinyal 2 Mbit/s internal. Sinyal 2 Mbit/s didistribusikan lewat
modul sistem modul HMX (1×2 Mbit/s, 2×2 Mbit/s) atau OMX2/OMX16 (2×2 Mbit/s, 1×34 Mbit/s) ke ONU yang dihubungkan.
Biasanya, ODT mempunyai sebuah ONU dengan fungsi ODT. AccessIntegrator O.N.M.S., yang ditujukan sebagai OS, dipakai untuk pengoperasian sentral dan
pemeliharaan sistem FastLink. Akses ke OS adalah lewat interface QD2 di OLT.
Sebuah LCT (Local Craft Terminal) dihubungkan lewat sebuah interface F ke OLT. Untuk tujuan servis, LCT dapat dihubungkan ke interface F dari ODT atau ONU/NTU.

Komponen-komponen baru berikut ini dipakai dengan FastLink Versi V5:
• Multiplexer saluran pelanggan AMXC dengan unit pusat plug-in CUAII dan line card baru.
• Memusatkan interface 2 Mbit/s dengan protokol V5C antara AMXC dan CMXII dalam kasus dengan faktor konsentrasi dari 1 sampai 4 (max. 8)

CMXIICAS untuk hubungan langsung dari sentral dengan pengsinyalan CAS dan untuk menciptakan konferen digital
• Generasi ONU baru untuk hubungan pelanggan melebihi 1000 pelanggan dan dengan sebuah shelf sentral untuk memonitor dan mengkontrol fungsi-fungsi serta mengukur dan mencatu daya.
• Integrasi dari modul saluran lebar (wide link modules) LT12CM, LT22CM
dan penggantian modul LTC dan LTCP yang dipakai sampai dengan FastLink Versi 4. Sebuah perangkat SDH baru, multiplexer sinkronis SMX1, dipakai dengan FastLink Versi V6.1 untuk lebih baik meningkatkan pengembangan dari jaringan akses:
• Integrasi perangkat saluran PDH dan SDH di dalam shelf yang sama.
• Feeder SDH untuk ONU, ODT dan OLT dengan interface STM-N baik untuk struktur ring maupun struktur saluran
• Interface untuk servis broadband
Pemakaian FastLink di area akses pelanggan menawarkan penyedia jaringan keuntungan-keuntungan sebagai berikut.:
• Penyediaan berdasarkan permintaan (demand-driven) oleh kebijaksanaan konfigurasi sistem yang sesuai (tailored) dan berbagai ukuran ONU
• Jarak >=20 km antara OLT dan ONU dengan menggunakan komponen optik seperti yang dipakai di area jaringan kabel yang lebih tinggi
• Pembangunan infrastruktur dengan orientasi masa depan ODN dengan perangkat yang memungkinkan operasional dengan jenis campuran dengan jaringan kabel tembaga eksisting mampu memenuhi orientasi permintaan dan pengenalan setahap demi setahap dari teknologi optik, sementara pada saat yang bersamaan memperkecil biaya investasi.
• Membentuk jaringan akses untuk area akses pelanggan yang diperluas dengan integrasi atau dengan menggunakan saluran feeder SDH yang ada
• Meningkatkan jumlah pelanggan per interface 2 Mbit/s pada sisi LE dan pada sisi-pelanggan dengan pemusatan interface (V5.2, V5C) dengan sebuah faktor pemusatan (concentration factor) dari 1 sampai 8.
• Menghubungkan sentral dengan protokol V5.1/V5.2 dan pengsinyalan CAS
• Pengoperasian terintegrasi, administrasi dan sistem pemeliharaan berdasarkan QD2.

STRUKTUR FASTLINK

2.1. Struktur Jaringan
FastLink adalah sistem aplikasi FITL universal (universally-applicableFITL system) untuk area akses pelanggan yang menghubungkan terminal pelanggan pada satu sisi dengan sentral lokal dan jaringan data pada sisi lainnya. Servis switched dan non-switched (Leased Lines) dapat diciptakan untuk pelanggan.
Struktur jaringan secara umum dengan komponen-komponen sistem OLT, ODT, ONU dan NT.

OLT dihubungkan ke sentral lewat interface 2 Mbit/s dengan protokol V.5.1/V5.2 atau CAS. Sebagai tambahan untuk feeder yang bersangkutan (HMX/OMX2, OMX16, SMA/SMX1/4c), OLT juga memuat multiplexer kroskonek (crossconnect) CMX/CMXII dan opsional module sistem COT dan AMX. Dengan menggunakan modul sistem COT, hubungan ke sentral yang tidak mensupor protokol V5.1 dapat dilaksanakan. Dengan modul sistem AMX, pelanggan, yang ada di area sentral lokal OLT, dapat disuplai langsung dengan hubungan VF dan ISDN. Leased Line dengan 2 Mbit/s dan 64 kbit/s disetel ke jaringan data.
Terminal pelanggan dapat dihubungkan ke ONU lewat interface analog (a/b) atau digital (mis. Uk0, nx64 kbit/s). Interface 2 Mbit/s dari ONU dapat juga diarahkan sampai ke pelanggan lewat kabel optikal atau pasangan kawat tembaga. Jika perlu, beberapa ONU dapat dihubungkan secara berentetan
(cascading).
Komponen utama dari ONU adalah multiplexer akses AMX/AMXC. ONU dilengkapi dengan sebuah feeder yang bersangkutan HMX/OMX2, OMX16, SMX1/4c) tergantung dari jalur saluran yang ada (tembaga atau LWL) dan multiplexer yang dipakai di sisi switching. Sebagai tambahan dari ONU, NT dapat dipakai di sisi pelanggan. NT dipasang langsung di gedung pelanggan, dan tergantung dari tipenya menawarkan servis
sebagai berikut. kepada pelanggan, lihat Tabel 1.

image

Modul Sistem

Di dalam sistem FastLink, modul sistem berikut ini dipakai:
• AMX (Access Multiplexer)
• AMXC (Access Multiplexer dengan fungsi pemusatan)
• COT (Central Office Terminal)
• CMX (Crossconnect Multiplexer)
• CMXII (Crossconnect Multiplexer II)
• HMX (HDSL Terminal Multiplexer)
• OMX2 (Optical Multiplexer 2×2 Mbit/s)
• OMX16 (Optical Multiplexer 16×2 Mbit/s)
• SMX1/4c (Multiplexer sinkronis STM-1.STM-4)
• COMPS (Central ONU Measurement and Power Supply)
Modul sistem dimuat dengan berbagai kombinasi komponen sistem. Tabel 2 memuat sebuah daftar dari modul sistem dan fitur-fitur pentingnya.

image

Pengaplikasian ONU

Hubungan Langsung ONU-OLT (Point-to-Point)

Di jaringan point-to-point, semua ONU dihubungkan ke OLT oleh sebuah hubungan point-to-point yang berdedikasi. Media transmisi (tembaga, fiber optik) dan kapasitas transmisi yang dibutuhkan menentukan peralatan transmisi yang perlu. Setiap modul transmisi di ONU mempunyai pasangannya di OLT.

image

Kaskade

Sebuah ONU juga dapat dihubungkan secara tidak langsung ke OLT. Dalam hal ini ONU dihubungkan ke ONU yang lain dengan saluran langsung ke OLT. Struktur jaringan kaskade ini dipakai untuk menghubungkan beberapa ONU kecil yang dekat gedung pelanggan ke satu ONU yang lebih besar dengan sebuah hubungan langsung ke OLT, lihat Gambar 3. Kaskade dari ONU terbatas hanya dengan kapasitas transmisi ONU.

image

image

Pemusatan pelanggan oleh AMXC

Dengan shelf modul sistem AMXC, shelf pusat CUAII yang tepat dan line card yang baru, kapasitas transmisi mungkin dihemat dengan memusatkan interface pelanggan. Untuk ini, AMXC mempunyai sebuah interface pemusatan (V5C). Untuk memakai interface ini, modul sistem CMXII (release 3) diperlukan pada sisi lawan (OLT), lihat Gambar 4. Ke empat saluran 2 Mbit/s dapat dikurangi menjadi minimal satu saluran yang menghasilkan penghematan kapasitas transmisi yang cukup baik.

image

Pada prakteknya, setidaknya dua saluran 2 Mbit/s harus disetel sehingga switching proteksi dapat dilaksanakan lewat saluran kedua, jika satu saluran mengalami kegagalan. Gambar 5 adalah sebuah contoh yang khas untuk meng-upgrade jaringan FastLink yang ada dengan menggunakan komponen
sistem baru AMXC dan CMXIIR3.

image

Ring SDH

Integrasi komponen SDH (mis. SMX1/4c atau SMA4) ke dalam komponen sistem FastLink ONU, ODT dan OLT memungkinkan FastLink untuk dihubungkan ke struktur SDH, lihat Gambar 6 dan Gambar 7. Untuk ring STM-4
diperlukan multiplexer sinkronis SMA4 R2 di OLT untuk memproses payload STM-4.

image

Interface Eksternal

FastLink mempunyai interface eksternal yang memberikan akses ke saklar, jaringan data, pelanggan dan perangkat operasional dan monitoring. Tabel 3 merupakan sebuah ringkasan dari masingmasing interface.

image

image

Ketika terjadi gangguan, peralihan ke modul cadangan (spare) terjadi secara otomatis, kecuali untuk unit plug-in PSC dan PSU. Jika ke dua unit plug-in dilengkapi di shelves yang bersangkutan, setiap unit plug-in disetel aktif dan
mengambil alih separuh catu daya dari shelf untuk setiap kejadian. Hanya jika
salah satu dari ke dua unit plug-in ini mengalami kegagalan, unit plug-in lainnya akan mengambil alih suplai secara keseluruhan.
Perkecualian: Jika lebih dari 8 modul ISDN: IUL82 atau IUL84 dipasang per pengaplikasian AMXC, kedua unit plug-in PSU diperlukan untuk catu daya dan tidak akan ada redundan lagi.
Dengan cara yang sama, untuk unit plug-in PSC dan PSU, redundan juga harus
dipertimbangkan untuk catu daya SV 1500 W. Jika dua modul catu daya dipasang di satu ONU, mereka di setel paralel dan setiap catu daya mengambil
alih separuh dari suplai ONU. Hanya jika sebuah modul mengalami kegagalan,
modul lainnya akan mengambil alih seluruh catu daya.
Perkecualian: Jika dua modul catu daya SV 1500 W diperlukan untuk mengsuplai ONU dan backup baterai, redundansi tidak lagi disediakan.
Kriteria peralihan untuk proteksi port berikut ini (kecuali SMX1/4c) dapat disetel lewat OS atau LCT:
• LOS
• LOF
• Bit eror rate 10-3
• Bit eror rate 10-5
Untuk SMX 1/4c, kriteria peralihan (switchover) berikut ini dapat disetel:
• TU-AIS
• TU-LOP (Loss of Power)
Untuk mempertahankan waktu reaksi (reaction time) dari standby switching pendek (kurang dari 10 ms/mili detik), pelaporan kegagalan modul dan switching standby dilaksanakan oleh hubungan langsung internal. Sebuah laporan gangguan juga dikeluarkan untuk TMN. Ini termasuk memonitor jalur transmisi dan komponen HW/SW oleh pengetesan rutin dan pemeriksaan reaksi yang tepat dalam hal terjadinya gangguan yang disebabkan oleh
komponennya sendiri.
Untuk meningkatkan keandalan servis, untuk modul sistem AMXC tugas di bawah ini dapat dilaksanakan:
• Mengoperasikan AMXC dengan interface V5C dan setidaknya dua port 2 Mbit/s Salah satu dari kedua port itu secara opsional dapat dikonfigurasikan untuk switching proteksi kanal komunikasi, lihat Gambar 8.

image

Untuk mengurangi batasan max. kegagalan (max. failure range) dari =256 port ke =128 port selagi unit plug-in kedua CUAII dipakai di kerangka modul UMX2S, hanya jumlah max. 128 pelanggan saja yang dapat dikonfigurasikan per CUAII (dan interface V5C), lihat Gambar 9.
Kemungkinan yang sama juga terjadi, jika AMXC dioperasikan dengan interface V5.1 yang mana batasan kegagalannya adalah max. 120 port.

image

KOMPONEN SISTEM

OLT (Optical Line Terminal)

OLT dihubungkan langsung ke sentral digital dan ke jaringan data, seperti peralatan pusat untuk servis interaktif. OLT terdiri dari rak-rak ETS untuk pengoperasian indoor yang dapat mengakomodasi modul sistem di bawah ini,
bandingkan dengan Gambar 10:
• OMX16 (Multiplexer untuk saluran transmisi optikal 34 Mbit/s)
• OMX2 (Multiplexer untuk saluran transmisi optikal 2×2 Mbit/s)
• HMX (Multiplexer untuk transmisi HDSL 1×2 Mbit/s atau 2×2 Mbits)
• AMX (Multiplexer untuk pelanggan di area lokal OLT yang dapat
dihubungkan ke sentral dengan pengsinyalan V5.1 atau CAS)
• CMX (Multiplexer kroskonek untuk mengkroskonek kanal 64 kbit/s dengan pengsinyalan CAS dan brancing off 2 Mbit/s dan leased line nx64 kbit/s
• CMXII (Multiplexer kroskonek II untuk mengkroskonek kanal 64 kbit/s dengan V5.1/V5.2 atau pengsinyalan CAS)
• COT (Tidak dipakai lagi untuk proyek baru atau hanya dipakai dalam kasus spesial, maka tidak lagi terdaftar di bagian deskripsi sistem lainnya.
• SMX1 (Multiplexer sinkronis untuk menghubungkan ke SDH) atau SMA Modul sistem diatur di dalam shelves, Tabel 5.

image

image

Tegangan operasional (-36 V sampai –72 V) untuk setiap shelf dimasukkan lewat panel sekring (distributor daya) dan diproteksi di situ sebagai berikut.:
• OMX16S 4 A
• OMX2S2 2×4 A
• SMXCS 2×4 A
• SMXLS 2×4 A
• AMXS 2×4 A (satu sekring untuk setiap dua multiplexer)
• CMXCS 2×4 A (sekring terpisah untuk CMX dan COT)
• CMXIICS 2×1 A (sekring terpisah untuk unit standby)
• CMXII-2S 2×3 A (sekring terpisah untuk unit standby)
• CMXII-LS 2×3 A (sekring terpisah untuk unit standby)
• SM/SMc 2×16 A (SMA4c R2 atau SMA4c R2)
Tegangan suplai untuk SISA-GK diberi sekring 0.4 A.

image

ODT (Optical Distant Termination)

ODT adalah sebuah distributor aktif untuk pemakaian outdoor di jaringan distribusi optikal yang dipasang dengan sebuah ONU yang yang dilengkapi dan dikonfigurasikan sedemikian rupa sehingga dapat mengsuplai ONU berikutnya untuk hubungan pelanggan langsung.

ONU (Optical Network Unit)

ONU membentuk terminasi FastLink sisi-pelanggan dan dihubungkan langsung ke OLT atau ke sebuah ODT perantara (intermediate). Juga mungkin menghubungkan beberapa ONU berentetan (cascading). ONU memuatrangkaian pelanggan yang diperlukan, perangkat saluran dan catu daya, termasuk backup baterai.

image

image

Mulai dari FastLink V5, sebuah penciptaan ONU baru diperkenalkan dengan sebuah gambaran untuk menggantikan variasi ONU V1 sampai V4 dan pada waktu yang sama mengurangi biaya per saluran pelanggan.
Variant dasar berikut ini tersedia untuk saluran pelanggan >30:
• ONU 250 FTTB/C
ONU 250 dipakai sebagai variant luar ruangan (outdoor) FTTC atau variant dalam ruangan (indoor) FTTB. Struktur ONU 250 biasanya sama untuk kedua buah variant. Perbedaannya adalah di dalam melengkapi beberapa feeders (SDH atau PDH) dan di dalam layout mekanis.
ONU 250 mempunyai sampai dengan 256 interface pelanggan (POTS) dan max. 16 LL 2 Mbit/s pada sisi-pelanggan. OLT atau ODT dihubungkan lewat saluran transmisi optikal dengan 34 Mbit/s (feeder OMX16 ) atau 155/622 Mbit/s (feeder SMX). Sebuah feeder HMX/OMX2 dengan 1x LTO atau 2x LTCOH/LT12CM dapat juga dipakai di SMXLS sebagai sebuah pilihan opsional. AMXC ditempatkan di sebuah shelf UMX2S. Unit plug-in SMX1/4c dan LTC/LTO untuk LL diakomodasikan di sebuah shelf SMXLS. Max. delapan LTC atau delapan unit plug-in LTO atau sebuah kombinasi dari keduanya dapat dipasang. Selain 3 unit plug-in LT, sebuah modul sistem OMX16 dapat juga dipasang di sana. Jika OMX 16 dipakai sebagai sebuah feeder, shelf OMX 16 OMXLS dipakai, yang berisi sebuah modul sistem OMX16 tergantung dari keperluan proyek, empat LTO atau delapan unit plug-in LTCOH/LT 12CM atau sebuah kombinasi dari keduanya. COMPS (shelf catu daya pengukuran ONU pusat) berisi unit plug-in dari sebuah pengukuran pusat dan sistem supervisi untuk ONU.
Untuk fungsi-fungsi supervisi, alarm static berikut ini dapat diperoleh:
o 2x kontak pintu (hanya ONU 250 FTTB 1x kontak pintu)
o Kegagalan utama (mains)
o 2x kegagalan catu daya (-48V, -33V), ONU indor hanya 1x
kegagalan PS (-48 V)
o Kegagalan baterai
o 1x kegagalan kipas
Alarm dikumpulkan di unit plug-in supervisi OSU (ASA32) dan dikirim ke OS lewat interface QD2 dari OSU.

image

ONU 1000 FTTB/C

ONU disediakan sebagai variant dalam ruangan (indoor) (FTTB) atau variant outdoor (FTTC). Struktur kedua varian adalah sama.
ONU sebagai variant luar rangan (outdoor) (1000 FTTC) mempunyai sampai dengan 1024 interface pelanggan (POTS) atau jumlah yang sama dari interface ISDN dan LL pada sisi pelanggan. Variant untuk 512 saluran pelanggan (ONU 500 FTTC) atau 768 saluran pelanggan (ONU 750 FTTC) juga mungkin dikhususkan bagi pemakai.
Sebagai sebuah variant dalam ruangan (indoor) (1000 FTTB), sampai dengan 2048 interface pelanggan (POTS) atau jumlah yang sama dari interface ISDN dan LL dapat dipasang. Seperti juga untuk ONU luar ruangan (outdoor), terdapat tahap-tahap perluasan khusus bagi pelanggan antara 512 dan 2048 saluran pelanggan. OLT atau ODT dihubungan lewat sebuah saluran transmisi optikal dengan 155/622 Mbit/s (feeder SMX). Sebuah hubungan optikal lewat 34 Mbit/s (feeder OMX16) juga mungkin, jika diperlukan.
ONU berisi shelves sebagai berikut.:
o SMXLS atau OMX16S sebagai feeder
o UMX2S
o COMPS
o UMXLS untuk LL
SMXLS berisi multiplexer SDH SMX1/4c dan sampai dengan delapan LTC atau delapan unit plug-in LTO atau sebuah kombinasi dari keduanya. Selain tiga unit plug-in LT, sebuah modul sistem OMX16 dapat juga dipasang. Setiap shelf UMX2S mempunyai sebuah modul sistem AMXC.

image

image

ONU indoor (kecuali ONU 20/30) dikonstruksi di rak ETS. Sebuah rak diperlukan untuk ONU 250 FTTB. ONU 1000 FTTB dapat dikonfigurasikan untuk variant peralatan dari 500 sampai 2000 pelanggan dan terdiri dari dua sampai empat rak, tergantung dari jumlah pelanggan yang diperlukan dan kapasitas panel terminal.
ONU outdoor dapat dikonfigurasikan tergantung dari perlengkapan (1 sampai 4 shelf UMX2S) untuk 256 pelanggan (ONU 250 FTTC) sampai 1024 pelanggan
(ONU 1000 FTTC). Penyetelan dikonstruksi di variant shelter yang berbeda (tergantung dari jumlah pelanggan yang diperlukan dan kapasitas panel terminal yang diminta). Untuk shelter ONU 1000 FTTC yang hanya dilengkapi sebagian (mis. hanya dua atau tiga shelves UMX2S) disediakan sebuah ONU 500 FTTC atau ONU 750 FTTC.

Fitur-Fitur Umum

Berikut ini fitur-fitur umum untuk semua tipe ONU yang digambarkan di bawah sebagai berikut.:
• Catu daya
Daya (PS) disuplai di sisi-primer untuk hubungan ke jaringan tegangan AC 115/230 V yang terdiri dari sebuah konverter tegangan AC/DC yang dipasang di ONU yang mengubah tegangan AC jaringan dari 115 V/230 V ke sebuah tegangan DC 48 V. Informasi lebih lanjut mengenai unit catu daya dapat dilihat di bab 3.8.1 sampai 3.8.4.Untuk menjembatani kegagalan jaringan, semua ONU dapat dipasang dengan baterai backup yang disupervisi dan dikontrol oleh catu daya ONU dan unit lainnya yang terintegrasi di ONU. Baterai cadangan ditempatkan di dalam sebuah kompartemen baterai di ONU. Secara opsional, sebuah kompartemen baterai eksternal (di dasar ONU, misalnya) dapat juga dipakai.
• Proteksi tegangan berlebih (overvoltage)
Untuk melindungi catu daya utama dan pelanggan tegangan berlebih transien, ONU dilengkapi dengan sebuah proteksi tegangan berlebih. HDSL dan saluran modul juga dilengkapi dengan elemen proteksi petir di panel terminal ONU. Rincian informasi dapat dilihat di Instruksi Pemasangan IMN.
• Kabel penghubung
Untuk variant shelter, kabel penghubung dimasukkan melalui sebuah bukaan di panel bawah shelter, dan untuk rak kabel penghubung dimasukkan dari atas masuk ke dalam rak.
• Akses ONU
Untuk mengakses panel terminal dan sisi perangkat, shelter dan rak mempunyai satu atau beberapa pintu tergantung dari besarnya shelter yang mana pintu tsb. dilindungi dari akses yang tidak diotoritaskan oleh sebuah kunci.

NT (Network Termination)

Unit terminasi jaringan NT12C, NT22O, NTU, NT12CPII, NT12CV, NT22OP dan NT22OV dipasang langsung pada pelanggan. Semua model desktop; NTU, NT12CPII, NT12CV, NT22OP dan NT22OV juga cocok untuk pemasangan di dinding. Semua NT12xx dapat juga dihubungkan ke dua soket TAE lewat sebuah kabel penghubung khusus (special patch cord).
Network Terminasi Unit (NTU)
Terminasi jaringan unit NTU dihubungkan ke ONU pada sisi-primer lewat sebuah interface Uk0 dengan pengkodean 2 B1Q. Pada sisisekunder, max. dua DTE (perangkat terminal data) dapat dihubungkan. NTU berisi sebuah unit
dasar (NTU2B) yang dapat dipasang dengan max. dua modul interface.
Modul interface berikut ini dapat dipasang:
• NTU24
• NTUV35
• NTUV36
• NTUX21
• NTU64kCO
• NTU128kV35
• NTU128kV36
• NTU128kX21
Modul interface memungkinkan pengiriman sinyal data subrate sampai dengan
128 kbit/s. Sinyal dikirim dengan menggunakan prosedur sesuai dengan ITU-T
V.110 dan X.30. Sebagai tambahan, aliran data asinkronus dengan bit rate =19.2 kbit/s dapat dikirim dengan menggunakan oversampling 64 kbit/s. Setiap modul interface ini menunjukkan adanya tegangan operasional lewat sebuah LED yang ada di atas alat. Mengenai catu daya, NTU dipasang dengan sebuah sumber listrik plug-in untuk hubungan ke 115/230 V AC utama. NTU ditempatkan di dalam sebuah kotak plastik yang dapat dipakai sebagai desktop atau dipasang di dinding, lihat Gambar 14.

Unit terminasi jaringan NT12C memungkinkan transmisi transparan dari sebuah sinyal digital 2 Mbit/s sesuai dengan ITU-T G.703 lewat dua pasang kawat tembaga sampai ke pelanggan. NT12C (variant A2) berisi unit terminasi saluran HDSL LTCOH (konfigurasi untuk pilihan NT) yang ditempatkan di sebuah kotak metal, A50010-A3-G110-1-7618 46.
Unit terminasi jaringan NT12CPII memberi akses kepada pelanggan dengan akses rate primer ISDN dengan sebuah interface S2M sesuai dengan ITU-T I.431. Juga dipakai untuk Leased lines (LL) 2 Mbit/s, dihubungkan lewat saluran transmisi 2 Mbit/s dengan ONU sesuai dengan metode HDSL – interface U (LINE).
NT12CPII didesain untuk prosedur transmisi berikut ini:
• Transmisi yang terstruturisasi sesuai dengan ITU-T G.703/704 untuk 31 x 64 kbit/s dan
• Transmisi yang tidak terstrukturisasi sesuai dengan ITU-T G.703 untuk 2 Mbit/s (total transparan)
NT12CPII dapat dipakai baik pada sisi-penyetelan (LT) ataupun pada sisipelanggan (NT). LT/NT selalu dikonfigurasikan secara internal oleh jumpers,
lihat Pemasangan dan Instruksi Tes ITMN.
Ada dua variant untuk catu daya NT12CPII:
• Catu daya lokal lewat konektor plug DAYA yang ditempatkan di belakang. Pemasukkan daya dilakukan lewat catu daya utama dari desktop yang tersedia extra untuk:
– 230 VAC
– 115 VAC, 48 VDC
• Pemasukkan daya remote lewat interface U (LINE) (tanpa REG, hanya di pilihan NT dan dengan sebuah LT12CM/LT22CM sebagai LT.
Unit terminasi jaringan NT12CV dipakai untuk transmisi digital LL dengan nx64 kbit/s. Pada sisi-pelanggan, ada dua interface data yang dapat dikonfigurasikan secara terpisah satu dari yang lain sebagai interface V.35, V.36 atau X.21.
Pada sisi-jaringan, NT12CV dihubungkan lewat sebuah interface HDSL (dengan cara yang sama seperti NT12CPII). NT12CV dapat dipakai baik pada sisi-penyetelan (LT) ataupun pada sisi-pelanggan (NT). LT/NT selalu dikonfigurasikan secara internal oleh jumpers, lihat Pemasangan dan Instruksi Tes ITMN.
Dengan unit terminasi jaringan NT220, dua sinyal digital 2 Mbit/s transparan sesuai dengan ITU-T G.703 disediakan untuk pemakai lewat sebuah hubungan
OF. Unit terminasi jaringan NT22O terdiri dari sebuah unit terminasi saluran optikal LTO/NT (S2024-A1799-A4) yang ditempatkan di sebuah kotak metal.
Unit terminasi jaringan NT22OP memberikan akses untuk pelanggan akses rate primer ISDN dengan sebuah interface S2M sesuai dengan ITU-T I.431. Pada sisi primer, dihubungkan lewat sebuah saluran transmisi optik (2 x 2 Mbit/s) dengan unit terminasi saluran LTO/LT di ONU atau di OLT. Sinyal 2 Mbit/s dikirimkan hanya secara terstrukturisasi sesuai dengan ITU-T G.962. NT22OP selalu dioperasikan sebagai NT dan akses rate primer ISDN bersama dengan LTO/LT. Terdapat pembatasan sesuai dengan ITU I.604 untuk transmisi sinyal
2 Mbit/s antara LTO/LT dan NT22OP.
Unit terminasi jaringan NT22OV dipakai untuk transmisi LL digital dengan nx64
kbit/s yang memungkinkan pengiriman secara transparan sinyal 2 Mbit/s sesuai dengan ITU-T V.35. Pada sisi-pelanggan, NT22OV mempunyai dua interface data yang dapat dikonfigurasikan secara terpisah satu dengan yang lain sebagai interface V.35, V.36 atau X.21. Pada sisi-jaringan, NT22OV dihubungkan lewat sebuah interface optikal (dengan cara yang sama seperti NT22OP). NT22OV selalu dioperasikan sebagai NT bersama dengan unit terminasi saluran optikal LTO/LT. Unit plug-in LTO/LT yang dipakai di ONU/OLT mengambil alih fungsi master dan NT22OV fungsi slave.

Fitur-Fitur Komponen Sistem

Tabel 3.6 di bawah ini meringkas fitur-fitur yang terpenting dari setiap komponen sistem.

image

 image

Supervisi dan Pensinyalan

Sistem FastLink diawasi dengan menggunakan struktur QD2-SISA yang membagi lagi unit-unit fungsional dari FastLink ke level-level hirarki dari elemen-elemen jaringan spesifik (NE), lihat sub bab (4.1). Akses TMN ke OS terjadi di SISA-GK dari OLT, elemen jaringan yang tertinggi di hirarki TMN.
Fig.3.24 menunjukkan prinsip dari transmisi informasi. Informasi TMN di antara komponen sistem OLT, ODT, ONU dan NT dikirim lewat kanal overhead (bit rate: <9.6/64/128 kbit/s), sebagai sebuah sinyal 2 Mbit/s yang terpisah atau sebagai pengsinyalan inband (ECC tengah atau kanal data X.21), lihat juga sub bab (4.2). Elemen-elemen jaringan dihubungkan di dalam sebuah station (OLT, ODT, ONU) lewat bus QD2 (RS 485) atau bus sistem internal, lihat deskripsi modul sistem.
Semua laporan yang dikeluarkan oleh sebuah elemen jaringan (sinyal status dan alarm) dikirim ke OS lewat interface QD2 di mana ini ditampilkan di interface pemakai dengan grafik yang sesuai pada teminal operator dan
disimpan di daftar alarm.
Pararel dengan itu, sinyal yang terpenting ditampilkan di unit plug in sendiri dengan menggunakan LED. Pengaturan LED pada masing-masing unit plug-in dan tabel alarm secara rinci diterangkan di Pemasangan dan Instruksi Tes (ITMN).
Jika hubungan ke OS mengalami kegagalan dan untuk tujuan servis, sinyal status dan alarm untuk setiap elemen jaringan dapat juga diinterogasi secara eksplisit lewat interface F oleh LCT. Pengoperasian switching tidak terkena dampak jika OS atau hubungan ke OS terputus.

Catu Daya

Catu daya dari setiap komponen FastLink berlangsung dengan cara yang berbeda, tabel berikut ini menggambarkan overview yang bersangkutan. Semua tegangan input dan output, kecuali tegangan masukkan (input) untuk catu daya eksternal utama, diawasi. Kegagalan akan menimbulkan sinyal alarm di sistem pengawasan (monitoring).

image

Pengoperasian………..bersambung ke level berikutnya

Konsep Dasar Jaringan Access Fiber Optik

Konsep Multiplexing

Multiplexing merupakan penggabungan beberapa kanal sinyal informasi ke dalam satu kanal informasi dengan tujuan agar sinyal-sinyal informasi tsb dapat dikirimkan secara simultan dalam 1 kanal. Beberapa jenis metoda multiplexing, adalah sbb:

  • FDM (Frequency Division Multiplexing)
    Teknik penggabungan kanal sinyal informasi dengan menggunakan kanal kanal frekuensi yang berbeda. Lihat gambar 1. Prinsipnya adalah n buah kanal dengan frekuensi yang berbeda-beda ditransmisikan secara simultan pada 1 saluran transmisi. Teknik ini digunakan untuk sistem analog maupun sistem digital.

image

 

  • TDM (Time Division Multiplexing)
    Teknik penggabungan kanal informasi dengan menggunakan bandwidth frekuensi yang sama, namun secara bergantian. Lihat gambar 2. TDM merupakan proses multiplexing dengan cara membagi waktu menjadi slotslot waktu yang menyatakan informasi dari tiap kanal. Teknik ini hanya mungkin untuk sinyal digital.

image

  • WDM (Wavelength Division Multiplexing)
    Teknik ini serupa dengan FDM, hanya menggunakan domain panjang gelombang sebagai variabelnya. WDM biasa digunakan pada sistem komunikasi serat optik. Lihat gambar 3.

image

PCM (Pulse Code Modulation)

PCM (Pulse Code Modulation), yaitu proses mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital. Prosesnya ada 3, yaitu: sampling, quantizing, dan coding. Jenis PCM yang banyak digunakan adalah PCM – 30, berfungsi sebagai analog to digital converter, multiplexing, dan sebagai line coding. Berikut adalah proses PCM-30 :

  • Bandpass Filter

image

  • Sampling (Pencuplikan)

image

Proses sampling adalah proses pengambilan sample dari sinyal suara dengan lebar pita frekwensi antara 300- 3400 Hz; di mana proses ini dikerjakan oleh modulator amplitudo. Prinsip kerja dari sampler ini sama seperti pintu/gate atau saklar, yang membuka dan menutup dengan periode waktu yang tertentu dan kontinyu; yang mana membuka dan menutupnya pintu/gate atau saklar ini dikerjakan oleh suatu frekwensi, yang dikenal sebagai frekwensi sampling. Untuk frekwensi sampling ini, seorang ahli Perancis bernama Harry Nyquist telah mengadakan percobaan-percobaan sbb. :
a) Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah lebih kecil dari 2
x lebar frekwensi suara (2 x BW Finf) :

image

Besar Frekwensi Sampling (Fs) yang digunakan adalah = 2 x lebar
frekwensi suara (2 x BW Finf) :

image

image

Quantizing (Kuantisasi)

  • Proses Pemberian harga terhadap sinyal PAM; yang besarnya – kecilnya disesuai dengan harga tegangan pembanding terdekat
  • Setiap pulsa akan diletakan kedalam suatu polaritas positif atau polaritas negatif.

image

Setiap polaritas dibagi menjadi beberapa segment/sub segment(interval)Kuantisasi ada 2 macam :

  • Uniform (seragam) (Linear)

image

  • Non-uniform (tidak seragam) (Non-linear)

image

Coding

Coding adalah proses mengubah sinyal PAM menjadi sinyal digital (A – D
Converter). Pada PCM-30 berlaku Hukum Companding-A :
a. Setiap pulsa PAM ditempatkan pada polaritas positif atau negatif; dan
ditandai dengan huruf “S”
• Untuk Polaritas Positif S = 1
• Untuk Polaritas Negatif S = 0
b. Setiap polaritas dibagi menjadi 8 segment; segment ke -0 s/d 7, dan
ditandai dengan huruf “ABC”.

image

image

Setiap segment dibagi menjadi 16 sub-segment (interval); interval ke-0 s/d 15, dan ditandai dengan huruf “WXYZ”

image

Sehingga sinyal PAM akan berubah menjadi sinyal dengan susunan bitbitnya sbb:

image

Dalam kaitan dengan proses kuantisasi dan coding ini, dikenal adanya hukum companding; dan didalam PCM-30 berlaku Hukum Companding “A”, yang mempunyai aturan sbb. :
1. Meletakan sinyal kedalam 2 polaritas; yaitu polaritas positif, yang ditandai dengan satu digit “1”; atau polaritas negatif yang ditandai dengan satu digit “0”.
2. Setiap Polaritas dibagi menjadi 8 segment; yang ditandai dengan tiga digit “0” dan/atau “1”, dengan nomor mulai dari “0” s/d “7”.
3. Setiap segment dibagi lagi menjadi 16 subsegment, atau interval; dan ditandai dengan empat digit “0” dan/atau “1”, dengan nomer mulai dari “0” s/d “15”.

image

image

image

Fungsi PCM 30 setelah A/D Converter adalah multiplexing :
a. Prinsip: Time Division Multiplexing
b. Methode: “Word-by-Word Interleaving” atau “Byte-by-byte Interleaving”; atau “Cyclic Word Interleaving” atau “Cyclic Byte Interleaving”.
c. Menggabungkan :
– 30 kanal telepon 64 kbps,
– 1 kanal signalling 64 kbps
– 1 kanal FAS 64 kbps.
Menjadi satu deretan sinyal serial 2048 Kbps.
d. Setiap kanal menempati satu “Time Slot” (TS) :
– TS-0 untuk FAS/Alarm
– TS-1 s/d TS-15 untuk kanal telepon 1 s/d 15
– TS-16 untuk Signalling
– TS-17 s/d TS-31 untuk kanal telepon 16 s/d 30 .
Dan fungsi yang berikutnya adalah: line coding, yaitu konversi sinyal unipolar NRZ 2048 Kbps menjadi sinyal HDB-3:
• Digit “1” dikodekan menjadi tegangan positif atau negatif bergantian, yang polaritasnya selalu berlawan dengan digit “1” sebelumnya
• Digit-0 dikodekan menjadi tegangan 0 volt.
• Deretan digit “0” berturutan maksimum 3 buah.
Struktur Frame PCM-30
1. Satu Multi Frame, dengan panjang waktu 1 Multi Frame 2 mS
2. Enam belas Frame, dengan panjang waktu 1 Frame 125 μS
3. 32 TS/Frame, dengan panjang waktu 1 TS 3,9 μ S
4. 8 Bit/TS, dengan panjang waktu 1 bit 488 nS
5. Jumlah bit/Frame 256 bit
6. Jumlah bit/Multi Frame 4096 bit
7. Bit FAS sebanyak 7 bit ( 0011011); bit-2 s/d 8 TS-0, Frame-frame genap (frame- 0, 2, 4, dstnya.)
8. Bit MFAS sebanyak 4 bit, dengan susunan 0000; terletak pada bit-1 s/d 4 TS-16, Frame-0.
9. Bit Signalling (4 bit/kanal); pada bit-1 s/d 4, dan bit-5 s/d 8 TS-16, Frame-1 s/d Frame-15
10. Bit Alarm (A1) sinyal 2 Mbit/s terletak pada bit-3 TS-0, Frame-frame ganjil (1, 3,5 dstnya)
11. Bit Alarm (A2) sinyal 64 Kbit/s (Signalling) terletak pada bit-6 TS-16, Frame- 0.

Gambar (15) berikut memperlihatkan Struktur Frame PCM-30

image

PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (PDH)

Multiplex PDH; dibagi menjadi 2 kelompok, yakni:
1. Order Rendah (Low Order); sering juga disebut sebagai Order Pertama,
atau yang paling populer disebut “PCM-30”
2. Order Tinggi (High Order); terdiri dari Order-2, Order-3 dan Order-4

Blok diagram PDH

image

Cara kerja PDH:

1. Konverter HDB-3/Unipolar NRZ.
Berfungsi untuk mengubah sinyal HDB-3 Bipolar menjadi Sinyal Unipolar NRZ (Sinyal Binary). Sinyal yang diterima dari perangkat sebelumnya adalah sinyal dengan kode saluran HDB-3 Bipolar; oleh rangkaian Konverter HDB-3/Unipolar NRZ, sinyal HDB-3 Bipolar ini diubah menjadi sinyal Unipolar NRZ, atau sinyal Binary.

image

Buffer Memory.
Berfungsi untuk menyamakan kecepatan sinyal Unipolar NRZ (Sinyal Binary), dengan kecepatan sinyal Unipolar NRZ lainnya. Buffer Memory akan menyimpan sinyal Unipolar NRZ keluaran dari konverter HDB-3/Unipolar NRZ;
dan kemudian Buffer Memory ini akan mengeluarkan sinyal yang disimpannya berdasarkan clock baca yang datang dari Pembangkit Frekwensi Clock. Dalam hal ini ke-4 Buffer Memory akan menerima clock baca yang berasal dari sumber yang sama, sehingga keluaran dari Buffer Memory akan berupa sinyal yang sudah sinkron antara satu dengan yang lainnya. Lihat Gambar (18).

image

Multiplex.

Berfungsi menggabungkan 4 sinyal digital yang sudah disinkrronkan oleh Buffer Memory menjadi 1 deretan sinyal serial; untuk addres mana kanal 1, 2, 3, dan mana kanal 4, pada deretan 4 sinyal serial ini akan ditambahkan bit-bit FAS. Proses Multiplexing pada Multiplex digital Order Tinggi berjalan secara bit-by-bit interleaving, di mana setiap 4 bit dari 4 kanal akan membentuk 1 word (1 TS).
Lihat Gambar 19

image

Konverter Unipolar NRZ /Bipolar.

Sinyal hasil multiplexing adalah sinyal Unipolar Non Return to Zero (NRZ).Sinyal ini sebelum ditransmisikan harus diubah terlebih dahulu menjadi sinyal bipolar:
a. HDB-3, untuk PDH Order-2 dan Order-3
b. CMI, untuk PDH Order-4
Lihat Gambar (20).
5. Pembangkit Frekwensi Clock.
Berfungsi untuk membangkitkan frekwnesi clock yang dibutuhkan untuk seluruh proses pada arah kirim.
6. Frame Pattern.
Berfungsi membangkitkan bit-bit Frame Alignment Signal, di mana:
! Untuk Order – II dan Order – III bit-bit FAS sebanyak 10 bit, dengan susunan adalah 1111010000

Untuk Order – IV bit-bit FAS sebanyak 12bit, dengan susunan adalah 111110100000.

image

Oscillator.

Berfungsi sebagai pembangkit utama dari frekwensi clock, yang biasanya berupa X-tall Oscillator.
8. Struktur Frame.
Susunan frame multiplex PDH ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Struktur Frame Multiplex PDH 8,448 Mbit/s
2) Struktur Frame Multiplex PDH 34,368 Mbit/s
3) Struktur Frame Multiplex PDH 139,264 Mbit/s

image

SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH)

SDH (Synchronous Digital Hierarchy), adalah multiplex digital yang berfungsi menggabungkan:

1. Sinyal digital 2 Mbit/s, 34 Mbit/s, 140 Mbit/s menjadi :
– Sinyal STM-1 (155,52 Mbit/s) atau
– Sinyal STM-4 (622,08 Mbit/s).
2. Sinyal STM-1 menjadi :
– Sinyal STM-4, atau
– Sinyal STM-16 (2,48832 Gbit/s).
3. Sinyal STM-4 menjadi :
– Sinyal STM-16,
– Sinyal STM-64 (9,95328 Gbit/s)
4. Sinyal-sinyal PDH dan STM-n menjadi sinyal SDH dengan level yang
lebih tinggi.

Fungsi SDH

Mengubah sinyal bipolar PDH input pada tributary port, menjadi sinyal unipolar NRZ.
2. Menempatkan sinyal unipolar NRZ pada containernya masing-masing :
a. C-12 untuk sinyal 2048 Kbps.
b. C-3 untuk sinyal 34368 Kbps
c. C-4 untuk sinyal 139264 Kbps
3. Melengkapi sinyal-sinyal C-12, C-3 dan C-4 dengan byte-byte :
a. Over Head (POH), dan
b. Pointer
4. Menggabungkan sinyal-sinyal yang sudah dilengkapi dengan byte-byte Over Head dan Pointer menjadi satu deretan sinyal serial.
5. Mengubah sinyal hasil multiplexing menjadi :
a. Sinyal Bipolar CMI, untuk STM-1 yang dikirimkan melalui Radio Gelombang Mikro Digital SDH, atau melalui level SDH yang lebih tinggi.
b. Sinyal dengan daya optik untuk STM-1 yang dikirmkan melalui kabel optik.

Cara Kerja SDH:

1. Proses Mapping
a. Mapping Sinyal PDH Kedalam Container (C).
Karena kapasitas container dibuat lebih besar dari pada kapasitas sinyal – sinyal PDH, maka mapping sinyal-sinyal PDH kedalam container selalu dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit yang dibutuhkan, untuk menyamakan kapasitas sinyal-sinyal PDH dengan kapasitas container (gambar 22).

image

Mapping Sinyal Container Kedalam Virtual Container (VC). Mapping sinyal-sinyal container (C) kedalam Virtual Container (VC) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Path Over Head (POH) kedalam sinyal sinyal C. Lihat Gambar 23.

image

POH ini berfungsi untuk :
– Mengirimkan bit-bit pengecek error
– Mengirimkan indikasi sinyal, normal atau gangguan
– Mengirimkan label sinyal
2. Proses Aligning.
a. Aligning VC Kedalam Tributary Unit (TU).
Proses aligning sinyal-sinyal virtual container (VC) kedalam Tribuatry Unit (TU) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Pointer (PTR) kedalam sinyal sinyal VC. Proses ini berlaku untuk VC-12 dan VC-3. Lihat Gambar (24) berikut.

image

Pointer berfungsi untuk :
– Mengindikasikan awal dari suatu VC
– Menyamakan bit rate VC dengan bit rate TU
– Mengindikasikan kondisi sinyal yang dikirimkan/diterima
b. Aligning VC Kedalam Administrative Unit (AU)
Proses aligning sinyal virtual container (VC) kedalam Administrative Unit (AU) dilakukan dengan cara menambahkan bit-bit (byte) Pointer (PTR) kedalam sinyal VC. Proses ini berlaku untuk VC-4. Lihat Gambar 25 berikut.

image

Proses Multiplexing.

a. Multiplexing TU Menjadi Tributary Unit Group (TUG).
i) Multiplexing 3 x TU-12 Menjadi TUG-2
ii) Multiplexing 1 x TU-3 Menjadi TUG-3
iii) Multiplexing 7 x TUG-2 Menjadi TUG-3
iv) Multiplexing 3 x TUG-3 Menjadi VC-4
v) Multiplexing 1 x AU-4 Menjadi AUG
vi) Multiplexing 1 x AUG Menjadi STM-1
vii) Multiplexing 4 x STM-1 Menjadi STM-4
viii) Multiplexing 16 x STM-1 Menjadi STM-16
ix) Multiplexing 4 x STM-4 Menjadi STM-16

image

Struktur Frame STM – 1

Frame STM-1 :
1. Kapasitas sebesar 9 baris x 270 kolom = 2.430 byte.
2. Bit Rate STM-1 sebesar 2430 byte x 64 kbit/s = 155,520 Mbit/s
3. Interval waktu untuk setiap Frame sebesar 125 ms atau Frekuensi pengulangan setiap Frame sebesar 8.000 Hz.
4. Prinsip pengirimannya adalah byte-per-byte, mulai dari byte (kolom)
pertama baris pertama; sampai dengan byte (kolom) terakhir baris terakhir.

image

image

Section Over Head (SOH)

Byte SOH yang ditambahkan ke AU-4 berfungsi :
1. Berisi informasi frame STM-1.
2. Informasi monitoring perfomansi section ybs.
3. Maintenance
4. Fungsi-fungsi operasi (seperti monitoring regenerator intermediate dan pengontrol switching proteksi).
5. Baris 1 s/d 3 dari SOH digunakan untuk byte RSOH, baris ke-4 untuk Pointer AU-4, dan baris 5 s/d 9 digunakan untuk byte MSOH.
4.3.2. Path Over Head (POH)
Byte POH yang ditambahkan ke VCn berfungsi :
1. Membawa informasi yang dibutuhkan sesuai dengan payload VC-4 yang dikirimkan.
2. Menandai payload yang bersangkutan, dan akan tetap ada sampai payload di-demultiplex.
3. POH terdiri dari 9 byte, yang ditandai dengan J1, B3, C2, G1, F2, H4,
Z3, Z4 dan Z5.

Fungsi Pointer:

1. Untuk menekan keterlambatan transmisi, VC diletakkan di mana saja didalam payload; process ini disebut “floating” .
2. ntuk menunjukkan awal dari VC didalam payload, setelah process floating kemudian akan ditambahkan “pointer”; jadi pointer berfungsi untuk mengindikasikan alamat byte pertama dari VC tersebut.
Ada 2 jenis pointer; yaitu :
1. Pointer AU (pointer Administration Unit), yaitu pointer yang terletak pada baris ke-empat dari “Section Over Head (SOH)” frame STM-N, yang berfungsi mengindikasikan lokasi awal dari VC-4.
2. Pointer TU (pointer Tributary Unit), yaitu pointer yang terletak didalam “section payload” dari frame STM-N, digunakan untuk mengindikasikan lokasi awal dari VC-12/ VC-3.
4.4. Arsitektur Jaringan SDH
Ada 2 level penggunaan elemen-elemen jaringan SDH dalam jaringan transmisi :
1. Jaringan Akses (Access Network) untuk mengkombinasikan dan mendistribusikan layanan-layanan yang menggunakan semua jenis bit rate (64 kbps, VC-12, VC-3, VC-4) dan dengan bit rate transmisi STM-1, STM-4, STM-16 dan STM-64.
2. Level Transport untuk transmisi sinyal-sinyal STM-1 STM-4, STM-16 dan STM-64 serta node-node jaringan dengan sistem Cross-Connect yang menggunakan semua jenis bit rate (VC-12, VC-3 dan VC-4).

image

image

image

Elemen Jaringan adalah suatu interface yang ditempatkan pada Node SDH dan berfungsi untuk komunikasi antara Node SDH dengan jaringan Supervisi (Telecomunication Management Network ).
Jenis-jenis elemen jaringan :
1. Terminal Multiplexer (MUX)

image

image

4. Digital Cross Connect (DXC)

 

image

TELECOMUNICATION MANAGEMENT NETWORK ( TMN )

Suatu peralatan pendukung yang sangat diperlukan guna menangani pengelolaan seluruh jaringan SDH di mana menawarkan pengaturan yang lebih luas dalam pengelolaan fungsi-fungsi perangkat pada setiap waktu. Salah satu keuntungannya adalah jaringan SDH akan berfungsi menjadi suatu sistem operasi dan pemeliharaan yang terpusat. Konfigurasi TMN dapat terdiri dari Elemen Jaringan, Mediation Device, Operations System dan Work Station.

Konfigurasi TMN

image

Fungsi dari tiap-tiap bagian didalam TMN adalah :
1) Operating System (OS); Berfungsi untuk memproses seluruh informasi yang diperlukan untuk monitoring dan kontrol jaringan.
2) Data Communication (DC). Berfungsi sebagai basis untuk komunikasi antar elemen-elemen TMN.
3) Mediation Device (MD). Berfungsi sebagai penanggung jawab untuk mengendalikan pertukaran informasi antara OS dan NE.
4) Network Element (NE). Bagian yang menjadi obyek bagi TMN.
5) Q dan F adapter (Qn dan F). Penghubung antar bagian didalam TMN

image

image

PDH (Plesiochronous Digital Hierarchy) – 3

! Jaringan Plesiochronous (hampir sinkron) (Internally free running oscilator) Asynchronous multiplex Jika suatu tributary dimultiplek ke tributary dengan bit rate lebih tinggi, digunakan bit stufing/ penambahan bit dan buffer memori untuk menjadikannya sinkron dengan bit rate yang lebih tinggi tersebut.
! Bit rate tributare dengan orde lebih tinggi > daripada penjumlahan bit rate yang dimultiplex : untuk sinkronisasi, signaling dan bit stufing Setiap level multiplex mempunyai format frame tersendiri
! Bit by bit multiplexing
! Timing alignment menggunakan bit-by-bit justification/ stuffing
! Akses ke kanal individual hanya dimungkinkan setelah dilakukan proses demultiplexing
! Bit rate distandarkan sampai 140 Mbps

SDH (Synchronous Digital HierarchySDH (Synchronous Digital Hierarchy)

ITU-T G-707

! Jaringan sinkron(osilator internal disinkronisasi dengan clock referensi external)
! Teknik multiplex sinkron
! Semua sinyal multiplex mempunyai struktur frame yang identik
! Byte by byte multiplexing
! Akses ke kanal individual bisa dilakukan menggunakan pointer, tanpa harus mendemultiplex semuanya lebih dulu.
! Bit rate distandarkan berbasis 155 Mbps

image

Kelebihan SDH

! Standarisasi bit rate di atas 140 Mbps secara internasional
! Sinyal optik yang ditransmisikan distandarkan/ Kompatibilitas antar vendor
! Struktrur modular
– Bit rate multiplex merupakan kelipatan dari bit rate dasar (155.52 Mbps)
– Struktur frame sinyal multiplex identik dengan struktur frame sinyal dasar
! Akses ke suatu kanal individual bisa dilakukan tanpa harus mendemultiplex sinyal keseluruhan, hanya kanal yang diperlukan yang didemultiplex. Metode ini sangat bermanfaat untuk sistem cross connect dan pencabangan (add and drop multiplexer)
! Mengakomodasi sinyal PDH
! Transmisi sinyal broadband

Adanya proteksi (Self Healing Ring, Path protection , Multiplex section protection)
! Software configuration (add, drop, crossconnect)
! Centralized management
– remote alarm
– remote reconfiguration/ rerouting (2 Mbps lines)
– remote service activation and configuration of interfaces
– S/W download to card level

Format Frame SDH

image

image

image

image

Sonet (Synchronous Optical Network) : Bellcore Amerika
! Bit rate dasar sinyal : 50.688 Mbps (STS-1 = Synchronous
Transport Signal)

Interface V5.x

 

Standard interface ETSI

➱ Menghubungkan jaringan akses (AN) dengan sentral lokal (LE)
➱ Open interface (interface multivendor, memungkinkan AN dari vendor mana saja dapat berhubungan dengan LE mana saja) .
➱ Interface V5.1 berdasarkan prinsip multiplex statik dan interface
V5.2 berdasarkan prinsip multiplex dinamik dan konsentrator.
Keuntungan Penggunaan Interface V5.x
➱ Tidak tergantung kepada salah satu vendor untuk penyediaan jaringan akses (access network).
➱ Mendukung pengembangan teknologi dan struktur jaringan akses yang lebih efektif dari segi biaya.
➱ Mendukung suatu standar interface bagi manajemen network.

Bekerja berdasarkan prinsip multipleks statis
➮ Setiap link antara LE dan AN menggunakan 2Mb/s, menghubungkan LE dengan AN via kabel tembaga,
optik maupun media radio.
➮ Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA.
➮ Signalling time slot 15, 16 dan 31 digunakan sebagai TS
signalling, pada kondisi normal menggunakan TS 16 (TS 16 mandatory).

image

 

Interface V5.2

✽ Bekerja berdasarkan prinsip multipleks dinamis
✽ Menggunakan multilink sampai dengan 16 link 2048 kb/s (ETSI)
✽ Didukung fungsi konsentrator pada AN, sehingga lebih banyak pelanggan yang dapat dihubungkan.
✽ Mendukung aplikasi POTS, ISDN BRA.
✽ Memiliki sistem proteksi terhadap kegagalan yang mungkin terjadi pada kanal signaling.

image

image

image

Fungsi utama OLTE

• Mengubah sinyal dengan daya listrik menjadi sinyal dengan daya optik dan sebaliknya.
• Menggabungkan sinyal-sinyal pelayanan (service bit) dengan sinyal utama.
• Memancarkan dan menerima sinyal dengan daya optik.
• Memberikan pengamanan bagi petugas dengan dilengkapi rangkaian laser diode shut-off.
• Menyediakan kanal order wire untuk koordinasi antar petugas.

image

Unit B/U Converter
– Menerima sinyal elektrik bipolar (CMI/HDB-3) dari multipleks.
– Memperbaiki karakteristik sinyal yang diakibatkan adanya redaman kabel (Equalisasi).
– Mengubah kode saluran sinyal elektrik dari bipolar ke unipolar (NRZ).
– Mengirimkan sinyal elektrik dari multipleks ke unit coder.
– Mengirimkan indikasi alarm ke unit pengontrol Alarm.

Unit Coder
• Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit B/U converter dan dari unit service channel /auxilary.
• Menggabungkan sinyal utama dengan sinyal service channel.
• Mengkodekan sinyal gabungan sesuai kode saluran optik yang digunakan.
• Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.
• Mengirimkan sinyal alarm jika terjadi gangguan pada sinyal utama.

Unit Optical Sender
– Mengatur lebar pulsa dan bentuk pulsa listrik unipolar yang diterima dari unit coder.
– Mengendalikan arus listrik yang mengalir pada sumber optik.
– Mengubah sinyal pulsa listrik unipolar yang sudah dikondisikan menjadi sinyal pulsa optik.
– Mengirimkan sinyal pulsa optik ke terminal lawan melalui serat optik.
– Jika terjadi gangguan maka akan mengirimkan alarm signal.
– Melaksanakan pemutuskan pancaran sumber optik jika menerima sinyal shut-off.

Optical Sender

Ada 2 jenis Sumber Optik :
1. LED ( Light Emitting Diode ).
2. Diode LASER ( Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation ).

image

Unit Detektor Optik
– Menerima sinyal optik yang dari lawan melalui serat optik.
– Mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik unipolar.
– Menguatkan sinyal elektrik unipolar.
– Mengirimkan sinyal elektrik unipolar ke unit decoder.
– Mengirimkan sinyal alarm ke unit pengonrtol alarm.

Optical Receiver

Ada 2 jenis Optical Photodiode, yaitu :
1. Diode pin ( Positive Intrinsic Negative )
2. APD ( Avalanche Photo Diode )

Decoder
• Menerima sinyal elektrik unipolar yang dikirim unit detektor optik.
• Mendekodekan kembali sinyal gabungan (sinyal utama dan service channel).
• Memisahkan sinyal utama dengan sinyal service channel.
• Menggantikan sinyal utama yang terganggu dengan sinyal AIS.
• Mengirimkan alarm signal jika terjadi gangguan pada sinyal utama.

U/B Converter

• Menerima sinyal elektrik unipolar dari unit decoder.
• Mengubah sinyal elektrik unipolar menjadi sinyal elektrik bipolar.
• Memperbaiki karakteristik sinyal akibat adanya redaman kabel.
• Mengirimkan sinyal elektrik bipolar ke perangkat demultipleks.
• Jika tidak menerima sinyal dari unit decoder, maka akan mengirimkan sinyal alarm ke unit pengontrol alarm.

Sumber : Knowledge TELKOM 2007

Pengantar Analisis Teknologi Access Fiber Optic untuk media Telekomunikasi

Tuntutan kebutuhan pelanggan terhadap kualitas dan jenis layanan telekomunikasi yang semakin meningkat serta perkembangan teknologi yang pesat, menimbulkan kebutuhan untuk menyediakan sarana komunikasi berbasis fiber optik sampai ke lokasi pelanggan. Penggunaan fiber optik di jaringan lokal (OAN) menyediakan kapasitas, jenis jasa, dan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan jaringan kabel tembaga konvensional. Disamping fleksibilitas terhadap tuntutan kebutuhan layanan, OAN juga diharapkan dapat menyederhanakan jaringan lokal, mengatasi keterbatasan fasilitas infrastruktur dan memperluas daerah jangkauan Dalam Whitepaper ini  akan dijelaskan tentang berbagai macam teknologi OAN yang dapat digunakan untuk memberikan berbagai macam jenis layanan baik yang berbasis pita sempit (narrowband) maupun pita lebar (broadband).

  • Jenis-Jenis Layanan
    Perkembangan teknologi baru mendorong tumbuhnya permintaan pasar akan jenis jasa/aplikasi baru disamping kebutuhan akan layanan telekomunikasi dasar (POTS). Ditinjau dari segi jumlah bandwidth yang dibutuhkan, jenis-jenis layanan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar: Layanan Pita Sempit (Narrowband) yaitu jenis-jenis layanan yang membutuhkan lebar pita hingga 2 Mbit/s, dan Layanan Pita Lebar (Broadband) yaitu jenis-jenis layanan yang membutuhkan lebar pita diatas 2 Mbit/s. Dilihat dari kategorinya, jenis-jenis layanan juga dapat dibedakan menjadi layanan telekomunikasi, informasi/transaksi, dan hiburan/entertainment.
    Sedangkan dilihat dari interaksi komunikasi yang terjadi, layanan dapat dibedakan menjadi layanan interaktif simetris (dua arah masing-masing dengan laju bit yang sama), layanan interaktif asimetris/retreaval (dua arah dengan laju bit yang tidak sama untuk arah upstream & downstream dimana umumnya downstream laju bitnya lebih besar), dan layanan distributif (hanya satu arah saja yaitu downstream). Gambar 1 memberikan contoh berbagai macam jenis layanan berdasarkan kategori dan atribut interaksi komunikasi yang terjadi untuk masing-masing jenis layanan.

image

Teknologi OAN yang ada saat ini dapat mengakomodasi berbagai macam jenis layanan tersebut diatas sesuai dengan aplikasinya. Bahkan salah satu teknologi OAN broadband yaitu ATM PON dengan modus aplikasi Fiber To The Home (FTTH) telah dipercaya sebagai suatu solusi bagi “Full Service Access Network” yang paling cost effective di masa depan.

Konfigurasi Optical Access Network (OAN)

Teknologi OAN yang ada dapat diimplementasikan dalam berbagai macam konfigurasi. Beberapa alternatif konfigurasi yang umumnya dipakai pada segmen optiknya adalah sebagai berikut:
Single Star (SS) atau point to point adalah konfigurasi jaringan yang menghubungkan sentral ke pelanggan secara langsung tanpa melewati pencabangan. Jaringan ini sangat sederhana dan hanya menggunakan komponen sambungan (splice) serta konektor pada kabel optik dalam jaringan.
Passive Double Star (PDS), Passive Triple Star (PTS) atau secara umum disebut Passive Multiple Star atau point to multipoint merupakan konfigurasi yang biasa digunakan dalam sistem berbasis Passive Optical Network (PON) dimana multiplexing atau pencabangan pada jaringan yang menghubungkan sentral ke pelanggan dilakukan dengan menggunakan komponen pasif (passive splitter).

Active Double Star (ADS) adalah konfigurasi yang menggunakan komponen
aktif pada jaringan untuk melakukan multiplexing dan pencabangan. Yang dimaksud dengan komponen aktif adalah komponen yang menggunakan daya
listrik. Ring adalah konfigurasi yang digunakan untuk meningkatkan kehandalan jaringan. Konfigurasi ring memungkinkan proteksi jaringan fiber optik sehingga bila terjadi gangguan pada salah satu jalur, maka trafic dapat dialihkan melalui jalur yang lain.
Pada segmen kabel tembaga setelah remote terminal atau optical network unit, umumnya digunakan konfigurasi star dengan memakai kabel penanggal atau twisted pair ke terminal pelanggan. Khusus untuk salah satu alternatif teknologi OAN Broadband yaitu hybrid fiber coax (HFC) segmen kabel tembaganya memakai kabel koaksial dan menggunakan konfigurasi Bus.

Modus Aplikasi OAN
Sistem OAN secara umum terdiri dari dua jenis perangkat, yaitu perangkat opto elektronik yang ditempatkan di sisi sentral (dapat berupa Central Terminal/CT atau Optical Line Termination/OLT) serta perangkat opto elektronik yang ditempatkan di sisi pelanggan (dapat berupa Remote Terminal/RT atau Optical Network Unit/ONU). Perbedaan lokasi peletakan perangkat opto elektronik di sisi pelanggan memunculkan berbagai macam istilah modus aplikasi OAN. Beberapa istilah umum yang paling banyak dipakai untuk menjelaskan modus aplikasi OAN diantaranya adalah sebagai berikut.

image

Fiber To The Building (FTTB)

Istilah FTTB dipakai bila perangkat opto elektronik di sisi pelanggan berada di dalam suatu gedung (umumnya di basement atau ruangan perangkat telekomunikasi). Jadi fiber optik digelar mulai dari sentral dan berakhir di suatu
gedung (umumnya berupa gedung-gedung bertingkat/perkantoran). Terminal pelanggan yang ada di dalam gedung tersebut akan dihubungkan ke perangkat RT atau ONU dengan menggunakan kabel tembaga sesuai dengan jenis layanannya.

Fiber To The Zone (FTTZ)

Istilah FTTZ digunakan bila perangkat opto elektronik di sisi pelanggan diletakkan di suatu tempat (umumnya di dalam kabinet) di luar gedung/bangunan. Jadi fiber optik digelar mulai dari sentral dan berakhir di kabinet RT atau ONU yang memiliki daerah cakupan layanan tertentu (zone). Terminal pelanggan dihubungkan ke perangkat RT atau ONU dengan menggunakan kabel tembaga hingga jarak beberapa kilometer (maksimum 3 kilometer). Bila dianalogikan dengan jaringan kabel tembaga, maka letak kabinet pada modus aplikasi FTTZ adalah kira-kira sama dengan lokasi rumah kabel (RK).

Fiber To The Curb (FTTC)

Istilah FTTC digunakan bila perangkat opto elektronik di sisi pelanggan diletakkan di suatu tempat di luar gedung/bangunan (umumnya di dalam kabinet di atas tanah maupun di tiang). Jadi fiber optik digelar mulai dari sentral dan berakhir di kabinet RT atau ONU yang memiliki daerah cakupan layanan tertentu yang lebih kecil dari FTTZ. Terminal pelanggan dihubungkan ke perangkat RT atau ONU dengan menggunakan kabel tembaga hingga jarak beberapa ratus meter (maksimum 500 meter). Bila dianalogikan dengan jaringan kabel tembaga, maka letak kabinet pada modus aplikasi FTTC adalah kira-kira sama dengan lokasi distribution point (DP).

Fiber To The Home (FTTH)

Istilah FTTH dipakai bila perangkat opto elektronik (umumnya berupa ONU) diletakkan di dalam rumah pelanggan (residensial). Terminal pelanggan dihubungkan ke ONU dengan menggunakan kabel tembaga indoor atau IKR dengan jarak yang cukup pendek (belasan atau puluhan meter saja). Letak perangkat ONU pada FTTH dapat dianalogikan dengan terminal batas atau bahkan roset pada jaringan kabel tembaga.
Beberapa istilah lain mungkin dipakai seperti misalnya Fiber To The Office (FTTO),
Fiber To The Apartment (FTTA), Fiber To The Desk (FTTD), dan lain-lain, namun pada prinsipnya dapat dimasukkan dalam kategori salah satu dari modus aplikasi di atas.

image

Sistem Transmisi Pada OAN

  • Metoda Multiplexing Untuk Transmisi Bidirectional
    Secara umum, sistem transmisi dua arah (bidirectional) terbagi menjadi dua kategori; yaitu sistem transmisi yang menggunakan satu fiber atau dua fiber.
    Metoda multiplexing yang dapat digunakan untuk mewujudkan transmisi bidirectional tersebut meliputi Space-Division Multiplexing (SDM), Wavelength- Division Multiplexing (WDM), Directional-Division Multiplexing (DDM), Time- Compression Multiplexing (TCM), Code-Division Multiplexing (CDM), dan Subcarrier Multiplexing (SCM). Klasifikasi sistem transmisi bidirectional tersebut dijelaskan pada Gambar 4.

image

Sistem transmisi dengan menggunakan satu fiber oleh beberapa pihak dinilai sebagai salah satu solusi yang lebih memenuhi persyaratan ekonomi (cost effective), karena dengan sistem ini jumlah fiber, splice, splitter, konektor yang
diperlukan hanya separuh dari sistem yang menggunakan dua fiber. Namun perlu diperhatikan bahwa sistem ini umumnya lebih kompleks dan khusus untuk beberapa metoda multiplexing sistem dengan satu fiber memerlukan beberapa persyaratan khusus pada komponen jaringan optiknya. Sistem transmisi menggunakan dua fiber tidak memerlukan persyaratan khusus bagi komponen jaringan optiknya. Hal ini karena kebanyakan komponen jaringan optik yang ada saat ini memang dipersiapkan bagi sistem ini.
Space Division Multiplexing Sistem transmisi dengan menggunakan dua fiber merupakan sistem yang paling sederhana dan selama ini sudah dan paling banyak dipakai. Sistem transmisi ini dikenal dengan istilah Space Division Multiplexing (SDM). Sistem ini mempergunakan sepasang (dua) serat optik, satu untuk keperluan transmisi upstream dan satu untuk keperluan transmisi downstream. Sistem transmisi ini juga dikenal sebagai sistem transmisi simplex.

image

Direction Division Multiplexing (DDM)

Sistem ini mempergunakan hanya sebuah serat optik untuk keperluan transmisi dua arah baik upstream maupun downstream dengan menggunakan bantuan “optical directional coupler”. Namun karena dalam sistem ini digunakan panjang gelombang yang sama untuk sinyal upstream dan downstream, maka diperlukan konektor dan coupler yang khusus untuk mengatasi back reflection yang dapat menimbulkan crosstalk. Dalam hal ini dibutuhkan konektor dengan return loss ≥ 50 dB serta coupler dengan directivity yang sangat baik (> 60 dB).
Sistem transmisi bidirectional dengan panjang gelombang yang sama ini dikenal sebagai sistem Full Duplex.

image

Wavelength Division Multiplexing (WDM)

Sistem ini mempergunakan dua panjang gelombang yang berbeda pada sebuah serat optik untuk setiap arah transmisi, sinyal-sinyal dengan panjang gelombang yang berbeda tersebut digabung dalam satu fiber dengan menggunakan WDM coupler. Panjang gelombang yang umumnya digunakan dalam sistem WDM adalah 1310 dan 1550 nm. Penggunaan WDM dalam transmisi bidirectional dengan satu fiber ini dikenal sebagai sistem Diplex.

image

Time Compression Multiplexing (TCM)

Sistem ini disebut juga “optical ping-pong transmission” yaitu pengiriman sinyal optik secara bergantian. Pertama-tama informasi dikompres pada sebuah memori buffer transmitter, selanjutnya informasi tersebut ditransmisikan melalui sebuah media serat optik pada waktu yang berturut-turut. Pada sisi penerima informasi yang dikompres tersebut dikembalikan ke asalnya pada memori buffer receiver. Panjang gelombang yang dipergunakan pada setiap arah transmisi adalah sama dan hal ini diperkenankan sehubungan hanya ada satu arah sinyal.

pada selang waktu tertentu. Oleh sebab itu sistem TCM ini tidak memerlukan persyaratan khusus bagi komponen di jaringan optiknya. Namun dengan membagi frame dalam section upstream dan downstream secara bergantian akan berakibat pada keterbatasan efisiensi frame sebesar 50 %.

image

Code Division Multiplexing (CDM)

Dalam sistem CDM, sinyal dengan arah upstream dan downstream dimodulasi dengan kode yang berbeda. Sinyal input elektrik dimultiplikasi dengan kode yang unik untuk masing masing arah dan kemudian diubah menjadi sinyal optik. Di sisi penerima, sinyal informasi dapat diperoleh kembali dengan cara korelasi. Akibat proses modulasi CDM ini akan dihasilkan sinyal transmisi dengan bit rate yang lebih tinggi dari sinyal inputnya.
Subcarrier Multiplexing (SCM)
Dalam sistem SCM, sinyal upstream dan downstream dimodulasikan dengan frekuensi subcarrier yang berbeda dan dilewatkan suatu band-pass filter (BPF). Sinyal upstream dan downstream diletakkan pada domain frekuensi subcarrier yang ditentukan supaya tidak terjadi overlap. Efek refleksi yang timbul dapat diatasi dengan menggunakan filter elektrik. Karena sistem ini merupakan transmisi analog, maka untuk beberapa aplikasi linearitas dari sinyal sangat diperlukan.

image

Perbandingan teknis antara SDM, DDM, WDM, TCM, CDM, dan SCM diperlihatkan pada Tabel V. Pada sistem DDM, perangkat optik untuk menanggulangi efek refleksi akan menjadi sangat kompleks. Pada sistem TCM
diperlukan perangkat elektronik yang kompleks juga untuk menangani sinkronisasi sinyal yang bersifat burst. Pada sistem CDM dan SCM, perangkat elektronik yang kompleks juga diperlukan untuk me-modulasi/demodulasi kode
maupun subcarrier. Salah satu kesulitan dari sistem transmisi full duplex dengan menggunakan 1 fiber adalah refleksi pada konektor pertama (setelah titik TX dan RX dari jaringan) akan menimbulkan crosstalk antara transmitter pada sisi yang satu dengan receiver pada sisi yang sama pada jaringan. Untuk mengatasi hal itu diperlukan komponen-komponen yang khusus untuk mengurangi efek yang timbul baik akibat refleksi maupun crosstalk.

image

image

Transfer Mode pada Transmisi Sinyal Digital

Terdapat beberapa jenis transfer mode untuk mengirimkan sinyal digital yaitu synchronous transfer mode (STM), packet mode, dan asynchronous transfer mode (ATM). STM umumnya dipakai dalam aplikasi circuit-mode switching dan time division multiplexing. Unit fundamental pada switching berbasis STM adalah time slot. Informasi untuk suatu kanal tertentu di dekomposisi menjadi time slot-time slot yang diletakkan dalam suatu posisi tertentu dalam suatu frame. Laju bit rate untuk suatu layanan berbasis STM umumnya merupakan multiplikasi dari 64 kbit/s. Suatu kanal dalam STM diidentifikasi berdasarkan posisi time slotnya.
Dalam hal ini pada saat tidak ada informasi yang dikirimkan dalam suatu kanal, maka time slot yang dialokasikan untuk kanal tersebut tidak dapat digunakan untuk kanal yang lain dengan demikian sistem berbasis STM umumnya dinilai kurang efisien.
Packet mode umumnya dipakai dalam aplikasi packet-mode swithcing. Informasi didekomposisi menjadi packet yang terdiri atas sebuah header dan sebuah information field. Suatu kanal dalam packet mode diidentifikasi dengan
label yang tertulis pada header. Panjang dari suatu packet adalah variabel dan suatu packet di-generate secara asinkron pada saat informasi dikirimkan. Hal ini memungkinkan packet mode untuk digunakan pada layanan dengan bit rate berapapun dan cukup efisien. Hanya saja dalam sistem berbasis packet mode protokolnya cukup kompleks dan diproses dengan menggunakan software.
Akibatnya packet mode cukup sulit untuk diterapkan pada penggunaan bit rate yang tinggi.
Diantara kedua jenis transfer mode diatas, STM adalah merupakan solusi yang
terbaik untuk layanan-layanan dengan fixed-rate. Pada layanan telekomunikasi masa depan yang berbasis pita lebar, berbagai macam jenis layanan dengan rentang bit rate yang rendah dan tinggi harus ditransmisikan secara efisien.
Sistem berbasis STM tidak cukup efisien untuk menanganinya, sedangkan sistem berbasis packet mode kurang cocok untuk menangani service dengan bit rate yang tinggi. Maka dikembangkanlah sistem berbasis asynchronous transfer mode (ATM) untuk sistem transmisi dengan kecepatan tinggi yang efisien. Informasi dalam sistem ATM didekomposisi menjadi ATM cell yang terdiri dari sebuah header dan sebuah information field. Panjang dari suatu ATM cell adalah tetap sedangkan jumlah cell adalah variabel sehingga transmisi untuk layanan dengan berbagai macam bit rate dapat dilakukan secara efisien. Panjang satu ATM cell ditetapkan oleh ITU-T sebesar 53 byte (8
bit per byte) yang terdiri dari 48 byte payload dan 5 byte header. Suatu kanal dalam ATM diidentifikasikan dengan label yang tertulis di header. Dalam sistem
ATM protokolnya cukup sederhana sehingga dapat diproses dengan hardware
berkecepatan tinggi.

image

Teknologi OAN Pita Sempit

Ruang lingkup teknologi OAN pita sempit (narrowband) adalah mencakup teknologi-teknologi OAN dengan kemampuan untuk menyediakan jenis-jenis layanan telekomunikasi dengan bit rate hingga 2 Mbit/s. Beberapa teknologi OAN pita sempit yang dikenal saat ini meliputi Digital Loop Carrier (DLC),
Passive Optical Network (PON) dan Active Optical Network (AON). Dalam aplikasinya teknologi-teknologi tersebut dapat dikombinasikan dengan sistem transmisi baik Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) maupun Synchronous Digital Hierarchy (SDH).

Teknologi Digital Loop Carrier (DLC)

Pada tahun 1985, teknologi DLC yang mula-mula masih menggunakan kabel tembaga mulai beranjak pada alternatif penggunaan kabel serat optik sebagai
media trasmisinya. Dimulailah era penggunaan fiber optik di jaringan lokal (Fibre-In-The Loop / FITL). Berbagai perangkat elektronik dan optik dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Media fiber optik digunakan untuk menghubungkan Central Office Terminal (CT) yang ada di lokasi sentral dengan Remote Terminal (RT) yang terletak di sisi pelanggan.
Remote terminal tersebut melayani sekelompok pelanggan dalam suatu lokasi atau area tertentu yng disebut dengan Carrier Serving Area (CSA). Berawal dari konsep CSA inilah muncul berbagai istilah untuk menggambarkan konfigurasi peletakan Remote Terminal di sisi pelanggan, yaitu Fibre-To-The Building (FTTB), Fibre-To-The Apartment (FTTA), Fibre-To-The Business, Fibre-To-The Curb (FTTC), dll.

Pulse Code Modulation (PCM)

Teknologi DLC yang berkembang saat ini merupakan pengembangan dari teknologi PCM-30 yang selama ini telah mapan digunakan di tingkat jaringan penghubung sentral (junction maupun trunk). Perangkat dasar yang digunakan adalah multiplexer 30 kanal 64 kbit/s (2 Mbps). Pada awalnya teknologi PCM ini dipakai dengan menggunakan kabel tembaga (kabel PCM) yang seringkali membutuhkan regenerator di tengah-tengahnya untuk menjangkau jarak yang lebih jauh. Kebutuhan akan kapasitas yang lebih besar serta jangkauan yang lebih luas mengakibatkan peralihan ke sistem transmisi dengan menggunakan media fiber optik.
Hubungan kabel fiber optik dari sisi sentral ke sisi pelanggan adalah titik ke titik (point to point) sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 11. Hal ini berarti
minimal diperlukan 1 (satu) perangkat PCM disisi pelanggan dan 1 (satu)
perangkat PCM pasangannya disisi sentral. Perangkat PCM ini menggunakan kanal frekuensi suara (VF) sebagai antarmuka saluran penghubung ke sentral. Komponen perangkat berbasis teknologi PCM-30 meliputi analog to digital converter (A/D converter) dan primary multiplexer 2 Mbit/s yang biasa disebut Channel Bank (CB), high order multiplexer (HOM), dan optical line termination equipment (OLTE).

Layanan yang dapat ditangani dengan teknologi PCM-30 pada umumnya terbatas pada POTS (Plain Old Telephony Service) dan data kecepatan rendah.OM merupakan multiplexer yang melakukan proses multiplexing secara bertingkat (step by step), tingkat pertama melakukan multiplexing 4 input 2 Mbit/s menjadi 8 Mbit/s, tingkat kedua melakukan multiplexing 4 input 8 Mbit/s menjadi 34 Mbit/s, dan tingkat ketiga melakukan multiplexing 4 input 34 Mbit/s menjadi 140 Mbit/s. HOM dengan orde tertinggi memultiplex 4 input 140 Mbit/s menjadi 565 Mbit/s. Untuk mendapatkan kembali sinyal informasi, di sisi penerima harus dipasang perangkat demultiplexer yang juga akan melakukan proses demultiplexing secara bertingkat mulai dari orde yang tertinggi hingga orde yang terendah. Hirarki yang digunakan dalam proses multiplexing ini dikenal dengan istilah Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH). Perangkat OLTE umumnya tersedia dalam beberapa jenis kapasitas sesuai dengan orde HOM yg dipakai yaitu 8, 34, 140 dan 565 Mbit/s. Perangkat PCM-30 yang ada umumnya memiliki keterbatasan dalam hal fasilitas untuk sistem manajemen jaringan, disamping
itu dimensi perangkat memerlukan space yang relatif lebih besar. Contoh perhitungan kebutuhan perangkat PCM untuk menangani jumlah kanal telepon tertentu ditunjukkan pada Tabel berikut.

image

image

Digital Loop Carrier (DLC)

Teknologi ini merupakan hasil perbaikan sistem PCM-30. Keseluruhan fungsi perangkat ditunjang oleh 2 (dua) bagian saja yaitu :

  • Channel Bank (CB) yaitu hasil meringkas beberapa buah perangkat multiplexer 30 kanal.
  • HOM (High Orde Mux) yaitu hasil meringkas sebuah mux tingkat tinggi dengan sebuah OLTE yang bersesuaian.
    Walaupun prinsip kerja DLC secara mendasar sama dengan PCM, namun bila dibandingkan dengan sistem PCM, sistem DLC memiliki secara keseluruhan jumlah perangkat yang semakin sedikit serta ukurannya dan daya yang diperlukanpun menjadi lebih kecil. Seperti halnya PCM-30, DLC memiliki hubungan kabel serat optik dari sisi sentral ke sisi pelanggan sebagai hubungan titik ke titik (point to point) yang ditunjukkan pada Gambar 12. Hal ini berarti minimal diperlukan 1 (satu) perangkat DLC disisi pelanggan (Remote Terminal/RT) dan 1 (satu) perangkat DLC pasangannya disisi sentral (Central Terminal/CT). DLC juga dapat memiliki konfigurasi ring baik pada level PDH maupun SDH dengan jumlah perangkat DLC disisi sentral sama dengan jumlah perangkat DLC yang terhubung dengan ring tersebut. Kemungkinan konfigurasi ini digambarkan pada Gambar 13. Konfigurasi ring pada sistem DLC diperlukan untuk memberikan sistem proteksi yang memadai. Proteksi 1+1 pada sistem berbasis PDH dikenal dengan istilah Automatic Protection System (APS). Pada APS tiap link komunikasi optik mempergunakan 4 (empat) core serat optik. Dua core serat optik untuk pengiriman sinyal informasi (main) dan 2 core serat optikuntuk cadangan (standby). Untuk sistem berbasis SDH, proteksi 1+1 merupakan salah satu fasilitas dari ring yang dilengkapi dengan redundansi bandwidth dan atau perangkat jaringan sehingga layanan dapat secara otomatis dipulihkan pada saat terjadi gangguan atau degradasi pada salah satu rute dari ring. Fasilitas ini dikenal dengan istilah “self healing ring” yang dapat direalisasikan baik dengan menggunakan 2 atau 4 fiber optik. Perangkat DLC umumnya tersedia dengan kapasitas minimum 120 kanal dan kelipatannya. DLC-120 adalah multiplexer/channel bank 120 kanal (4 x 2 Mbps) yaitu hasil meringkas 4 (empat) Mux. 30 kanal dalam 1 (satu) perangkat. DLC- 240 adalah multiplexer/channel bank 240 kanal yang sebenarnya terdiri dari dua DLC-120 dalam satu perangkat. Generasi selanjutnya dari sistem DLC cenderung menyatukan DLC dengan teknologi transmisi SDH dan dengan
    kapasitas lebih dari 480 kanal. Perangkat DLC generasi terbaru memiliki kemampuan cross connect (CC) pada primary multiplexernya (PM) yang memungkinkan proses grooming sehingga lebih mudah dan fleksibel pada saat melakukan setting konfigurasi perangkat (seringkali disebut sebagai Flexibel Multiplexer/FLEXMUX). HOM memiliki laju bit input 2 Mbit/s elektrik sedangkan laju bit outputnya dapat 8 Mbit/s, 34 Mbit/s dan 140 Mbit/s optik atau 565 Mbit/s. Dalam beberapa kasus perangkat HOM dapat digantikan dengan sistem transmisi SDH dengan kapasitas STM-1 (155 Mbit/s yang setara dengan 1920 kanal 64Kbit/s) atau STM-4 (625 Mbit/s yang setara dengan 7696 kanal 64Kbit/s).

image

Layanan yang dapat ditangani dengan menggunakan teknologi DLC meliputi POTS, payphone, analog leased line, 64kbit/s digital leased line, nx64 kbit/s digital leased line, ISDN BRA, ISDN PRA, 2Mbit/s digital leased line. Contoh kebutuhan perangkat untuk menangani jumlah kanal telepon tertentu sebagai perbandingan dengan sistem berbasis PCM-30 ditunjukkan pada Tabel.

image

Antarmuka Pada Sistem DLC

Antarmuka pada sistem DLC terbagi menjadi dua jenis yaitu antarmuka eksternal dan antarmuka internal. Antarmuka eksternal meliputi antarmuka dari CB ke sentral dan dari CB ke pelanggan yang dikenal dengan sebutan Service Unit (SU), serta antarmuka dari HOM atau ADM ke sentral yang dikenal dengan sebutan Tributary Unit (TU). Antarmuka internal meliputi antarmuka dari CB ke HOM dan HOM ke OLTE, antarmuka dari CB ke ADM dan antarmuka menuju OAMT (Operation Administration and Maintenance Terminal) Perangkat DLC generasi baru juga dilengkapi dengan fasilitas antarmuka V5.x. Antar muka V5.x adalah antarmuka 2 Mbit/s dari sentral menuju ke jaringan akses (TU). Dengan adanya antarmuka V5.x maka tidak diperlukan lagi Channel Bank di sisi sentral. Dengan menggunakan antarmuka V5.x, maka sistem ini akan semakin efisien dan sederhana. Terdapat dua jenis antar muka V5.x yaitu V5.1
yang tidak memiliki kemampuan konsentrasi dan hanya dapat menangani ISDN
BRA dan V5.2 yang memiliki kemampuan konsentrasi (1:2, 1:3, 1:4, 1:5, 1:6) serta dapat menangani layanan hingga ISDN PRA.

image

Antarmuka dari perangkat DLC menuju sistem manajemen jaringan (OAMT) adalah menggunakan Q3 interface atau CORBA. Sistem manajemen jaringan sesuai dengan konsep yang dituangkan dalam rekomendasi ITU-T M3010 adalah mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut:
– Performance management
– Fault Management
– Configuration and resource management
– Access and security management

image

Teknologi Passive Optical Network (PON)

Teknologi ini dikembangkan atas dasar penggunaan bersama satu perangkat opto-elektronik oleh beberapa pelanggan sehingga harganya dapat ditanggung bersama dan secara topologi menjadi lebih sederhana. Upaya pengefektifan jaringan ini dicapai dengan cara menggunakan teknik transmisi tertentu (salah satunya TDM/TDMA) dan memanfaatkan pembagi sinyal optik pasif (passive splitter/PS) untuk memperoleh jumlah pencabangan yang diinginkan.
Sistem PON terdiri dari perangkat Optical Line Termination (OLT) yang biasanya terletak disisi sentral dan beberapa perangkat Optical Network Unit (ONU) yang tersebar di dekat lokasi pelanggan. Hubungan kabel fiber optik pada PON adalah titik ke banyak titik (point to multipoint). Hal ini berarti satu perangkat OLT melayani beberapa pelanggan pada lokasi yang berbeda yang dihubungkan melalui beberapa perangkat ONU. Umumnya, PON tidak memiliki sistem proteksi namun bilamana dibutuhkan sistem proteksi 1+1 dapat diterapkan pada segmen OLT-PS dengan mempergunakan komponen passive splitter 2:n.

Pada kondisi tertentu sistem PON juga dapat dikombinasikan dengan sistem transmisi ring SDH untuk memperluas jangkauan serta meningkatkan kehandalan jaringan. Konfigurasi dasar PON ditunjukkan pada Gambar 15. Perangkat OLT berfungsi sebagai antarmuka ke sisi sentral, Optical Distribution Network (ODN) merupakan jaringan transmisi fiber optik yang menghubungkan OLT ke ONU dan sebaliknya, sedangkan ONU merupakan perangkat antarmuka ke sisi pelanggan. ODN dapat dikonfigurasikan menjadi beberapa macam topologi yaitu single star, double star, atau multiple star tergantung pada posisi peletakan komponen passive
splitter di jaringan optiknya.

image

Metoda Akses Pada Passive Optical Network

Sistem PON memiliki metoda transmisi yang khusus dikarenakan sharing jaringan fiber optik yang terjadi dengan digunakannya komponen passive splitter pada jaringan. Sistem transmisi yang umumnya paling banyak dipakai pada sistem berbasis PON adalah Time Division Multiplexing (TDM) untuk arah downstream dan Time Division Multiple Access (TDMA) untuk arah upstream (dengan menggunakan fiber yang berbeda untuk masing-masing arah). Ide yang digunakan adalah dengan membagi sinyal-sinyal informasi berdasarkan waktu (time slot), mengirimkan sebagian time slot dari sinyal pertama yang diikuti dengan time slot dari sinyal kedua, dan seterusnya secara berulang

hingga keseluruhan time slot selesai dikirimkan. Siklus tersebut terus menerus berulang dan berlaku baik untuk arah downstream maupun arah upstream. Perbedaan istilah TDM dan TDMA dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada arah downstream (TDM) hanya terdapat satu transmitter yang senantiasa aktif dan
mengirimkan sinyal-sinyal ke beberapa receiver, dimana masing-masing receiver akan mengambil informasi/time slot yang diperuntukkan baginya serta
mengabaikan informasi yang lainnya. Sebaliknya untuk arah upstream sinyalsinyal diterima dari beberapa transmitter individual, yang masing-masing hanya akan aktif pada saat yang bersangkutan mengirimkan informasi, kemudian non aktif untuk memberi kesempatan pada transmitter yang lainnya untuk mengirimkan informasi (TDMA).

image

Selain TDM/TDMA sistem transmisi lain yang dapat dipergunakan adalah TCM/TDMA dengan menggunakan hanya satu fiber untuk arah downstream maupun upstream. Sistem ini dikenal dengan istilah

ping-pong transmission, dimana pengiriman/penerimaan sinyal informasi dilakukan secara bergantian antara perangkat-perangkat yang ada disisi sentral dan di sisi pelanggan (masing-masing mengambil setengah dari satu siklus TCM) sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 19.

image

Antarmuka Pada Sistem Passive Optical Network

Antarmuka pada sistem PON terbagi menjadi dua jenis yaitu antarmuka eksternal dan antarmuka internal. Antarmuka eksternal meliputi antarmuka dari OLT ke sentral yang dikenal dengan sebutan Tributary Unit (TU), serta antarmuka dari ONU ke pelanggan yang dikenal dengan sebutan Service Unit
(SU). Perangkat OLT dirancang memiliki antarmuka 2Mbit/s (V5.x) ke arah sentral sebagai suatu antarmuka yang terbuka (open interface). Apabila sentral belum memilikinya, maka diperlukan tambahan perangkat Channel Bank untuk menghubungkan antara sisi sentral dengan tributary unit dari OLT. Antarmuka internal meliputi antarmuka dari OLT ke ODN, antarmuka dari ONU ke ODN, dan antarmuka menuju OAMT (Operation Administration and Maintenance Terminal). Antarmuka dari OLT & ONU ke ODN untuk berbagai macam jenis produk berbasis PON umumnya bersifat proprietary (tidak terstandardisasi). Jadi perangkat OLT hanya dapat dihubungkan dan berkomunikasi dengan perangkat ONU yang berasal dari pabrikan yang sama. Seperti halnya dengan sistem DLC, antarmuka dari perangkat OLT menuju sistem manajemen jaringan (OAMT) adalah menggunakan Q3 interface atau CORBA. Sistem manajemen jaringan sesuai dengan konsep yang dituangkan dalam rekomendasi ITU-T M3010 adalah mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut:
– Performance management
– Fault Management
– Configuration and resource management
– Access and security management

Kapasitas Sistem Passive Optical Network

Sistem PON mengenal tiga batasan kapasitas yaitu kapasitas ONU, kapasitas ODN, dan kapasitas OLT. Kapasitas ONU dan OLT menunjukkan jumlah kanal yang dapat ditangani oleh perangkat yang bersangkutan. Sedangkan kapasitas Optical Distribution Network (ODN) menunjukkan jumlah kanal yang dapat disalurkan pada suatu cabang serat optik dengan sistem transmisi tertentu.
Kapasitas ONU yang umum adalah 4, 16, 30, 60, dan 120 kanal. Kapasitas ODN bervariasi disekitar 200 kanal. Sedangkan kapasitas OLT dipersyaratkan minimal 800 kanal dan dapat didistribusikan maksimum ke 4 ODN. Splitting ratio yang dapat dipakai pada sistem PON adalah hingga 1:16 untuk mencapai jarak jangkauan hingga 20 km, dan 1:32 untuk mencapai jarak jangkauan hingga 10 km. Layanan yang dapat ditangani dengan menggunakan teknologi PON meliputi POTS, payphone, analog leased line, 64kbit/s digital leased line,
ISDN BRA, ISDN PRA, 2Mbit/s digital leased line.

Teknologi Active Optical Network (AON)

Active Optical Network (AON) adalah salah satu teknologi OAN dengan konfigurasi point-to-multipoint yang menggunakan perangkat active splitter pada titik pencabangan dari jaringan. Penggunaan active splitter dalam sistem
AON memberikan kelebihan yaitu fleksibilitas dari penambahan kapasitas dan pencabangan serta dapat menjangkau daerah dengan cakupan yang lebih besar. Suatu sistem AON terdiri dari: sebuah Optical Line Termination (OLT), sejumlah ODN yang dibedakan menjadi primary ODN dan secondary ODN, satu atau lebih Active Spliting Equipment (ASE), dan sejumlah Optical Network Unit (ONU). Optical Line Termination (OLT) merupakan terminasi dari jaringan AON yang menyediakan antarmuka ke sisi sentral melalui tributary unit (TU) serta terhubung ke satu atau lebih primary ODN.

Optical Distribution Network (ODN) merupakan jaringan transmisi fiber optik antara OLT dan ASE (primary ODN) atau antara ASE dan ONU (secondary ODN). Active Splitting Equipment (ASE) merupakan terminasi antara (intermediate) dari sistem AON yang secara aktif mendistribusikan informasi dari OLT ke satu atau beberapa ONU. ASE terhubung ke primary ODN yang menuju ke arah OLT dan ke satu atau beberapa secondary ODN yang menuju
ke arah ONU. Beberapa produk menyediakan backup primary ODN untuk memberikan proteksi 1+1 pada jalur antara OLT dan ASE. Active Splitter Equipment mendistribusikan/mengumpulkan informasi dari/ke OLT ke/dari satu
atau lebih ONU dengan mempergunakan kapabilitasnya sebagai multiplexer/demultiplexer serta intermediate regenerator. Optical Network Unit (ONU) merupakan terminasi dari sistem AON yang terhubung ke secondary ODN dan menyediakan antarmuka dari sistem ke pelanggan. Pelanggan terhubung ke ONU dengan menggunakan kabel tembaga baik twisted pair maupun koaksial sesuai dengan kebutuhan. AON menggunakan sistem transmisi berbasis SDH untuk segmen antara OLT dan ASE, sedangkan untuk segmen antara ASE dan ONU dapat mempergunakan sistem transmisi SDH atau PDH. Konfigurasi umum sistem AON ditunjukkan pada Gambar 20.

Pada sistem AON, jaringan optik antara ASE dan ONU (secondary ODN) umumnya menggunakan topologi single star. Namun beberapa pabrikan menawarkan produk AON dengan secondary ODN yang bervariasi, misalnya dikombinasikan dengan sistem berbasis PON (passive double star), disusun secara cascade, atau bahkan dengan topologi ring sebagaimana diperlihatkan
pada Gambar 20.

image

Sumber : Knowledge TELKOM 2007

Teknologi Broadband Passive Optical Network Telecommunication

Dalam rangka mendukung kebutuhan layanan multimedia yang beragam, mencakup data dan citra, dan memiliki kecepatan serta kualitas yang bervariasi secara fleksibel dan efisien, maka introduksi teknologi ATM dalam sistem jaringan akses fiber merupakan pilihan yang efektif.
Perkembangan teknologi passive optical network berbasis ATM yang dikenal sebagai Asynchronous Transfer Mode Passive Optical Network (ATM PON) dipelopori oleh Full Service Access Network Initiative (FSAN). FSAN merupakan sebuah grup yang terdiri dari 20 perusahaan telekomunikasi yang bekerja secara kolaborasi dengan suplier/pabrikan perangkat untuk menyepakati suatu “common broadband access system” yang dapat menangani baik layanan narrowband maupun broadband.
Pekerjaan grup ini terbagi dalam dua fase. Fase pertama adalah mengidentifikasi kendala-kendala teknis dan ekonomis yang mungkin muncul
dalam introduksi jaringan akses pita lebar. Disepakati bahwa ATM PON merupakan teknologi yang paling menjanjikan yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan akan layanan pita lebar dalam skala besar. Konsorsium tersebut juga berkesimpulan bahwa ATM PON adalah yang terbaik dalam mendukung berbagai macam arsitektur jaringan seperti FTTH, FTTB, FTTC. Fase yang kedua dari pekerjaan FSAN adalah untuk menyusun “a common set of specification” untuk suatu jaringan akses full service. FSAN bukanlah suatu badan standar, namun mereka mengirimkan spesifikasi yang telah disusunnya
ke badan standar internasional ITU-T. Pada bulan Oktober 1998 ITU-T mengadopsi standar G.983.1 “broadband optical access system based on PON”.

  • Karakteristik dari “Full Service Network”
    Suatu jaringan layak disebut sebagai jaringan “Full Service” bila memenuhi beberapa karakteristik sebagai berikut:
    • Kompatibel terhadap semua jenis layanan baik yang eksisting maupun yang akan datang.
    • Bidirectional:
    – Kompatibel dengan circuit-switching atau packet switching
    – Memiliki kapabilitas multicast dan broadcast.
  • – Transparan terhadap karakteristik service
    – Kompatibel dengan MPEG packets dan TCP/IP
    • Bandwdth on demand (pada kenyataannya hingga 155 Mbit/s untuk tiap
    pelanggan)
    • User-selectable quality of service (QoS)
    • Kehandalan yang tinggi
    • Private & secure
    • Biaya inisial, on-going, dan upgrading yang masih dapat diterima

Arsitektur Sistem ATM PON

ATM PON dapat diimplementasikan dalam beberapa pilihan arsitektur yang meliputi Fiber To The Cabinet (FTTCab), Fiber To The Curb (FTTC) yang dikombinasikan dengan teknologi Very high speed Digital Subscriber Line (VDSL), Fiber To The Building (FTTB) serta Fiber To The Home (FTTH).
Arsitektur dari sistem berbasis ATM PON diperlihatkan pada Gambar 24. Komponen jaringan dari sistem ATM PON terdiri dari ATM OLT (Optical Line Termination), passive splitter, dan ONT (Optical Network Terminal). OLT menyediakan antarmuka berbasis ATM ke sisi sentral dan terhubung ke jaringan distribusi optik yang berakhir pada ONT. ONT akan melakukan filter terhadap cell-cell yang dikirimkan dari OLT serta melakukan recover terhadap sinyal-sinyal dengan alamat yang sesuai. Tiap ATM cell memiliki alamat terdiri dari 28 bit yang disebut sebagai virtual path identifier/virtual channel identifier
(VPI/VCI). Pertama-tama OLT akan mengirimkan pesan ke ONT dengan perintah untuk menerima cell-cell dengan nilai VPI/VCI tertentu. ATM cell yang telah di-recover oleh ONT kemudian akan dipakai untuk membentuk service interface yang dibutuhkan di sisi pelanggan. Karena ATM PON bersifat serviceindependent, maka segala macam jenis layanan baik yang ada sekarang maupun yang akan datang dapat ditransmisikan secara transparan. Komponen ONU (Optical Network Unit) dan NT (Network Termination) dipakai pada opsi arsitektur FTTCab/C, dimana terjadi sharing kapasitas dari sistem untuk beberapa pelanggan dengan lokasi yang terpisah-pisah. Dalam kondisi ini sistem ATM PON dikombinasikan dengan teknologi VDSL yang mampu membawa sinyal informasi dengan bit rate yang tinggi ke pelanggan dengan menggunakan kabel tembaga.
Dalam sistem berbasis ATM PON dikenal suatu antarmuka ke sisi sentral untuk
layanan pita lebar/broadband SNI yaitu VB5 interface (antarmuka V5 broadband). Sebagaimana halnya antarmuka V5.x untuk layanan pita sempit, maka VB5 juga terbagi menjadi dua jenis yaitu VB5.1 yang tidak memiliki konsentrasi dan VB5.2 yang memiliki konsentrasi.

image

Jenis-jenis antarmuka VB5 sesuai dengan jenis layanan yang disediakan
diantaranya adalah :
– IP Router (VB5.1)
– ATM VC Switch (VB5.1 & VB5.2)
– VOD (VB5.1 & VB5.2)
– Switched Digital Video Broadcast (VB5.1)
– Virtual Private Leased Line (VB5.1)
– ISDN (VB5.1 & VB5.2)

Sistem Transmisi pada ATM PON

Saat ini sistem berbasis teknologi ATM PON memiliki kecepatan sebesar 155 Mbit/s untuk sistem transmisi simetris dan 622 Mbit/s (downstream)/155 Mbit/s (upstream) untuk sistem transmisi asimetris. ATM PON menggunakan topologi passive double star dengan splitting ratio 1:16 atau 1:32 serta mempergunakan fiber optik jenis single mode (G.652). Splitting ratio tersebut diatas dikemudian hari diharapkan dapat ditingkatkan hingga 1:64. Jaringan ATM-PON dapat memiliki daerah jangkauan hingga 20 km.
Metode akses pada sistem transmisi ATM PON dapat mempergunakan beberapa cara seperti Time Division Multiple Access (TDMA), Wave Division Multiple Access (WDMA), Code Division Multiple Access (CDMA) dan Subcarrier Multiple Access (SCMA). Namun dengan pertimbangan kesederhanaan serta efektifitas biaya, metode Time Division Multiplexing (TDM) untuk arah downstream dan Time Division Multiple Access (TDMA) untuk arah upstream telah dipilih dan ditetapkan sebagai standar internasional. Sistem ini bahkan dibuat lebih efisien lagi dengan hanya menggunakan satu core fiber optik untuk mentransmisikan sinyal informasi optik yang berbeda panjang gelombang untuk arah upstream (1310nm) dan downstream (1550) dengan memanfaatkan teknik Wavelength Division Multiplexing (WDM). Gabungan teknik WDM dan metode TDM/TDMA ini paling efektif dan efisien terutama pada arsitektur jaringan FTTH sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 23.

image

Pemilihan Teknologi dan Konfigurasi OAN

Pertimbangan dalam Pemilihan Teknologi dan Konfigurasi OAN Keberadaan berbagai macam jenis teknologi OAN serta kemungkinan pilihan konfigurasinya yang beragam memerlukan perhatian yang khusus dalam menerapkannya di lapangan. Pemilihan teknologi dan konfigurasi merupakan isu strategis dalam pengembangan jaringan akses modern yang mempunyai kapabilitas untuk menyediakan layanan multimedia/broadband. Kapasitas demand, tipe layanan, fleksibilitas jaringan, serta biaya merupakan parameterparameter utama untuk melakukan evaluasi terhadap berbagai jenis arsitektur jaringan. Arsitektur jaringan yang dimaksud dalam hal ini mencakup kombinasi dari transmission medium, network topology, node configuration, dan system
technology. Beberapa faktor umum yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi dan konfigurasi OAN diantaranya adalah; jenis layanan yang dibutuhkan (narrowband/ broadband), densitas dari pelanggan, jarak transmisi dari sentral ke pelanggan, biaya yang dibutuhkan, serta kemudahan operasi dan pemeliharaan jaringan. Dalam menentukan solusi akhir teknologi dan konfigurasi OAN, faktor-faktor sebagai berikut akan memainkan peranan
penting yaitu:
a. Cost Effectiveness, baik biaya sarana penunjang, biaya sistem transmisi/perangkat maupun biaya operasi dan pemeliharaan. Sebaiknya biaya ini tidak hanya dihitung pada saat investasi awal melainkan dengan mempertimbangkan usia pakai perangkat/sistem (penerapan metode analisa tekno ekonomi).

Technical & Business Analysis-PL6 Optical Access Network

Future proof, yang diidentifikasi dengan fleksibilitas jaringan baik terhadap jenis layanan maupun kemudahan penambahan kapasitas di masa mendatang.
Karakteristik Layanan dan Arsitektur Jaringan
Pemilihan arsitektur jaringan sangat tergantung pada jenis service dan aplikasi yang akan disediakan melalui jaringan. Atribut dari service dan aplikasi akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan arsitektur tersebut. Service merupakan produk yang dijual oleh pihak penyelenggara/service provider kepada pelanggan, sedangkan aplikasi merupakan penggunaan dari telecommunication service tersebut oleh pelanggan.
Jenis-jenis service yang dibutuhkan oleh pelanggan umumnya berbeda sesuai
dengan aktifitas dan lokasi keberadaan pelanggan. Kebutuhan pelanggan
bisnis berbeda dengan kebutuhan pelanggan perumahan/residensial, demikian juga halnya dengan pelanggan yang tinggal di gedung-gedung bertingkat memiliki karakteristik kebutuhan service dan jaringan yang berbeda dengan pelanggan yang tinggal di komplek perumahan/single house. Gambar 26 memberikan contoh karakteristik kebutuhan pelanggan akan berbagai jenis
layanan.

image

Efek dari pemilihan jenis layanan terhadap pilihan arsitektur jaringan akses yang ungkin dipakai ditentukan oleh nilai dari atribut-atribut diantaranya sebagai
berikut:
Bandwidth; kebutuhan bandwidth dan bit rate yang diperlukan untuk mendukung suatu jenis layanan merupakan atribut yang paling mendasar dalam pemilihan arsitektur jaringan. Hal ini karena beberapa jenis media fisik dan transport system kemungkinan tidak mampu menangani kapasitas yang dibutuhkan. Namun demikian bandwidth bukanlah suatu parameter yang bersifat independen karena juga ditentukan oleh tipe modulasi serta teknik coding yang dipakai dalam melakukan transfer informasi.
Symetry; simetrisitas dari jenis layanan yang diberikan kepada pelanggan akan membedakan jenis arsitektur jaringan antara sistem yang memang diperuntukkan untuk menangani layanan-layanan yang bersifat asimeteris (misalnya ADSL, VDSL, HFC) dengan sistem yang diperuntukkan untuk menangani layanan yang bersifat simetris (misal sistem fiber optik point-topoint). Communication Configuration; konfigurasi komunikasi untuk suatu jenis layanan dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan arsitektur jaringan. Misalnya layanan dengan komunikasi yang bersifat point-to-multipoint, atau multicast, atau broadcast paling cocok diimplementasikan dengan jaringan yang memiliki arsitektur berbasis shared medium seperti passive optical network, tree & branch coaxial (HFC).
Dalam pemilihan teknologi dan konfigurasi OAN, pemenuhan kebutuhan pelanggan baik kualitas, kuantitas, dan jenis service, perlu dilakukan secara sistematik. Dalam proses pemilihan tersebut, akurasi data kebutuhan pelanggan dan proyeksinya serta akurasi perencanaan jaringan menjadi kebutuhan yang penting mengingat mahalnya sistem ini serta adanya sejumlah konsekuensi logis yang terdapat dibalik keunggulan OAN ini.

Sumber : Knowledge TELKOM 2007